Senin, 14 Januari 2008

Ratapan Ayah Angkat

“Mami…………………” teriak Maria kecil.

Maria adalah….

Ach………. Susah dibahasakan, yang jelasnya Maria tidak bisa dikatakan anak haram. Maria punya ayah, hanya saja ayahnya itu, Brengsek!!!!!

“Ya, sayang…..”sambut ibu Maria melebarkan tangannya yang hendak menangkap maria kecil.

“Mami, papa kemana siy? Kok g pernah ada di saat Ria butuh papa?”sahutnya manja. “Ria iri sama Orin, mi”sambung Maria kecil di pangkuan maminya.

“Loh kok gitu sayang? Iri itu g’ boleh!!!!”nasehat bijak sang bunda. “Emangnya kenapa Ria bisa iri ama Orin?”

“Orin punya papa…”sahut maria kecil polos.

***

Kerinduan Maria kecil pada sosok ayah berlanjut hingga masa remajanya.

Maria kecil kini tumbuh menjadi gadis nan cantik jelita. Kulitnya kuning langsat, matanya bulat menyiratkan gadis blesteran Pakistan-Sunda, tingginya semampai, pinggangnya langsing, rambutnya tertutup oleh kain. Maria pandai dalam akademik, juga pandai menyesuaikan diri dengan masyarakat. Hingga Maria mempunyai teman yang banyak.

Pada ulangtahunnya ke-17, Maria hanya menginginkan ayahnya menemaninya saat itu. Dia tidak menginginkan acara ulangtahunnya, diadakan secara besar-besaran seperti yang sering di lakukan ibunya. Tetapi dia ingin bertemu ayahnya. Dan keinginan Maria membuat ibunya marah besar.

“Mami, akui saja kalo Ria anak haram!” desah Maria dengan air mata.

“Ria, harus berapa kali mami harus menjelaskan kalau Ria punya papa”sahut ibunya menahan kekesalan. “Tapi….”

“Tapi kenapa mi?”nada Maria mulai tinggi, mengalahkan suara ibunya. “Mami korban pemerkosaan kan?”

Plak!!!!

Tamparan keras mengenai pipinya yang merah.

Ibunya tertuduk lesu setelah menampar putri semata-wayangnya. Sama sekali ibunya tak bemaksud menyakiti hati anaknya. Tetapi, perkataan Maria sudah sangat kelewatan.

“Kamu tau, kenapa mami lebih memilih membesarkanmu sendiri?” ibunya yang menguasai sidang bicara. “kamu tau kenapa mami selalu menolak meceritakan tentang papamu?”

Maria tertunduk. Mendengarkan cerita ibunya dengan seksama. Demi menjawab teka-teki ayah Maria selama ini.

Ibunya menceritakan semua kronologis hingga Maria ada dimuka bumi ini. Tentu dengan sedikit bahkan banyak kebohongan yang di tutupin.

Benar dugaan Maria, jika ibunya korban pemerkosaan lelaki bejat. Saat itu dengan polosnya ibu Maria menerima cinta lelaki/pemuda yang dulunya sedang melaksanakan tugas akademik di kampung ibu Maria. Ya.. Kuliah Kerja Nyata!!!

Lelaki itu bernama Reza Wirawan. Wajahnya yang tampan, mampu membuat para wanita yang melihatnya menjadi takluk. Rahangnya yang kokoh saat berbicara kepada siapa saja, membawa sikapnya yang kharismatik. Lelaki itu sangat sempurna dimata Jelita, ibu Maria.

Saat itu, ibu maria merupakan bunga desa. Banyak lelaki yang tergila-gila padanya. Remaja yang cantik, matanya yang teduh, serta agamanya yang mapan, membuat siapa saja akan mengagumi remaja ini. Selain itu, Jelita merupakan bintang kelas disekolahnya. Banyak pemuda yang telah melamarnya untuk di jadikan istri, bahkan hanya sekedar pacar. Tetap semuanya ditolak. Hingga Reza, pemuda kota dengan tampang yang dilengkapi bodylanguages bernilai plus-plus memikat hati jelita.

Mereka saling menyukai. Hanya di bentengi oleh Jaim. Pada akhirnya terbongkar juga aksi jaim-jaiman mereka, kalau sebenarnya mereka saling menyukai.

Tidak sia-sia Reza mengungkapkan isi hatinya. Cintanya diterima. Seluruh warga kampung Sutrarejo mengetahui hubungan asmara mereka berdua. Warga setuju dengan hubungan mereka. Jelita yang cantik dan santun serta reza, pemuda yang tampan dan agamanya baik menurut warga yang melihatnya hanya dari pelupuk mata.

Nafsu sesaat yang meracuni cinta mereka. Hingga kenyataan pahit bahwa Reza telah menanam benih pada rahim Jelita. Pesta rakyat yang megah itu pulalah menjadi saksi racun cinta mereka juga akhir perjalanan cinta tragis mereka.

***

Reza kembali ke kota, karena masa KKNnya telah selesai. Tepat 3 bulan. Pesta rakyat yang diadakan itu adalah perpisahan bagi mahasiswa yang di tempatkan pada kampung Sutrarejo sebagai aplikasi ilmu mereka. Hubungan Jelita-Reza pun berakhir dengan selesainya pesta rakyat tersebut.

Jelita Hamil.

Di luar nikah.

Menjadi momok-cemooh masyarakat kampung.

***

Jelita mencoba menghubungi Reza. Apa yang terjadi?

Reza akan segera menikahi gadis kota. Gadis yang selama ini telah menjadi tunangannya. Namun masih mencintai wanita lain. Jelita.

Kini, Jelita berada di depan sebuah rumah megah yang sedang dihiasi janur kuning. Hati Jelita nelangsa. Menerka-nerka, apakah benar, rumah yang sedang dihiasi ini adalah rumah pria yang telah memberinya keturunan. Tanpa pernikahan. Tanpa ikatan.

“Jelita?” tegur Arman. Sahabat dekat Reza.

“Mas Arman, ini benar-kan alamat rumah mas Reza?”Tanya Jelita sopan dan santun. Begitulah ajaran leluhur Jelita ketika sedang berinteraksi dengan sesama manusia.

Arman membawa Jelita memasuki kediaman tersebut. Betapa kagetnya Reza melihat Jelita dengan matanya yang teduh.

“Mas Reza…”desah Jelita merengkuh kengan Reza dan merebahkan diri ke pelukan Reza.

“k… k…kamu…”kata Reza terbata-bata..”Kamu mau apa jelita?” Tanpa membalas rangkulan Jelita.

Jelita bingung.

Matanya yang teduh mencari pembenaran sikap dingin Reza yang berbanding terbalik dengan yang dikenalnya dulu.

“Mas Reza berubah”

“A..aku tidak berubah Jelita”

Jelita meraih tangan Reza “Aku hamil anakmu mas”.

“Apa???”teriak Histeris Reza. “Kamu jangan mengada-ngada jelita.”

“Aku tidak bohong, mas”katanya lagi. “Sekarang kandunganku memasuki bulan ketiga”.

Hening

“Aku akan segera menikah, Jelita”

Wajah Jelita berbinar. Mengira akan menikahi Jelita.

“Kapan mas akan menikahiku?”

“Hari ini”

Jawaban yang membuat kaku hati Jelita.

“Aku belum mengabari bapak-ibu, mas”celotehnya polos. “Kenapa dadakan?”

“Aku tidak menikahimu”

Duer……. Kaki Jelita rasanya mau terlepas dari enselnya. Tubuhnya tak dapat menahan keseimbangannya.

“Jadi, mas tidak…..”

“Ya, aku tidak menikahimu”

“Lantas bagaimana dengan anak yang ku kandung ini?”

Perbincangan mereka di ketahui Arman.

“Jadi,……………. Kamu hamil?”tegur arman heran

Jelita hanya diam membisu. Begitupun dengan Reza. Tak satupun yang berani mengungkap.

Seorang ibu separuh baya menuruni anak tangga dan menghampiri Reza.

“Sayang, kok kamu belum berbenah siy? Sebentar lagi penghulu datang tuh”kata ibu tersebut. Garis wajahnya mirip Reza. Mungkinkah dia ibu Reza?. “Loh, ini siapa Za?”Tanya ibu itu lagi ketika melihat Jelita.

“Dia..ibu dari…..”

“Dia pacar Arman, ma. Ingin mengucapkan selamat padaku karena tak dapat menghadiri acara ini”kalimat reza setelah berhasil memotong kalimat jujur Arman.

“Apa?” Nada kaget, jelas pada jelita.

Ibu Reza memeluk Jelita. “Kamu cantik.”sambil menatap Jelita dengan seksama. “Cocok sama Arman. Kamu tipikal cewek idaman Arman”sambungnya kembali.

Bumi yang dipijak Jelita seolah ingin runtuh.

“maaf, tante g bisa nmenin kamu. Sori ya man, tante culik Reza ya?”kata ibu itu.

“Mama duluan aja dulu. Ntar Reza nyusul”kata Reza melepas rangkulan mamanya.

Mata mereka saling berpandangan.

“Kamu………..”seru Arman yang akan melabrak Reza…

“Ya.. Sekarang kamu bisa memilikinya dengan utuh. Aku g bisa menunda bahkan membatalkan pernikahan ini. Bukannya kamu mencintainya?”Seru Reza pada Arman. Seolah Jelita adalah bahan rebutan.

“Kamu…..”desah Arman penuh amarah. Baru sekarang ini Jelita melihat kemarahan Arman. Selama ini, Arman-lah selalu menjadi pelindung Reza. Tapi kini? Telah berbalik haluan.

“Brengsek… Setelah kamu mengambil harga dirinya? Baru kau serahkan padaku. Aku mencintainya. Tapi tak akan membiarkanmu hidup bahagia. Aku………….”

Hampir saja terjadi pertumpahan darah pada hari pernikahan Reza.

“Mas Arman…….”sanggah Jelita. “Kalau mas Reza bahagia, aku pun turut bahagia”sambung Jelita bijaksana.

Arman meninggalkan Reza.

Mengantarkan Jelita pulang dan menenangkan pikiran Jelita. Inilah kesalahan terfatal Jelita.

Selama ini pikirnya pria yang mencintainya dengan setulus hati adalah reza, ternyata dia hanya mencintai kecantikan Jelita.

Begitulah manusia. Tak dapat di prediksi isi hatinya.

***

Arman ingin menikahi Jelita. Selain mencintainya, Arman juga ingin membagi kebahagiaan dengan merawat anak yang dikandung Jelita. Namun Jelita menolaknya. Biar-lah dia sendiri yang merawat dan membesarkan buah hatinya. Tanpa seorang pendamping. Walaupun hatinya telah tersakiti. Cintanya tetap pada Reza. Hingga akhir menutup mata. Cewek Tolol!!!!!

&&&

Jelita pindah ke Bandung. Mengembangkan bisnis ibunya di bidang konveksi. Meneruskan hidup dan melahirkan anak sematawayangnya tanpa ayah. Miris memang. Itulah kenyataannya.

Hingga anak yang terlahir diberi nama Maryamiz Armazea. Kini usianya 17 tahun. Selama 17 tahun membesarkan dan merawat Maria seorang diri, tak membuat Jelita patah semangat. Justru keberuntungan yang didapatnya. Jika membutuhkan penasehat mengenai usahanya ini, Jelita hanya menekan nomer HP Arman & Arman siap melayani kapan saja. Kini Arman menjabat sebagai CEO pada perusahaan iklan di Jakarta.

^^^

“Mami mencintai kamu sayang, mami g mau kamu kenapa-napa”kata Jelita sambil membelai rambut anaknya.

Maria memeluk ibunya dengan erat. Menyesali telah membuat ibunya jadi bersedih.

“Ria sayang mami”…. Erangnya manja. “Ria g butuh papa, ria hanya butuh mama. Mama udah jadi papa buat Ria”sambungnya sambil sesegukan di pelukan ibunya.

“Papamu pasti senang kalau kamu mau mengikhlaskannya,sayang. Dia bahagia di alam sana”kata Jelita berbohong.

Jelita tidak mengetahui keberadaan Reza saat ini. Tak perlu!!!!!! Sampai kapan pun!!!

“Mami kok g nikah lagi?”kata Maria melepas pelukan ibunya. “Om Arman kelihatannya menyukai mami”

“Mami hanya mencintai papamu” jawaban yang tak dapat di sanggah oleh Maria.

“Ria juga pengen jadi perempuan yang mencintai suaminya. Seperti mama. Nenek yang setia ama kakek. Seru ya mmi”celoteh Maria heboh di pangkuan ibunya.

“Truss.. sekarang apa yang kamu inginkan sayang? Mami bakal memenuhinya, kecuali kamu minta papa baru”kalimat ibunya yang di tanggapi dengan tawa dari Maria…

“M……… apa ya?”pikir Maria sesaat. Sambil tersenyum genit. “Ria mau clandlightdinner bareng mami dan Om Arman. Hm….. good idea tuh!!!!”sambungnya kembali.

“Kencan bertiga dung!!!!?????”

“Ya… Kita kencan bertiga. Aku, mami dan Om Arman”

^^^

Arman memenuhi keinginan maria. Arman tampaknya mencintai Maria seperti anaknya sendiri. Sampai sekarang. Arman belum melepas masa bujangnya. Entahlah sampai kapan. Tidak sedikit perempuan yang naksir dengannya. Arman tak kalah cakepnya ama Reza. Hidungnya yang mancung serta tubuhnya yang atletis mendukung wajah tampannya. Maria mengagumi Arman, apalagi jika Arman bersedia menjadi ayahnya.

“Ya.. om… kita kencan bertiga”kata Maria genit berbicara dengan Arman di telpon genggam ibunya.

“…”

“Boleh, sebenarnya siy, maria pengen papa baru. Hihihihi..”celotehnya sambil memandangi ibunya yang sedang mengarahkan tenaga kerja baru.

“…”

“Mami g mau ngasih…”balsnya kemudian. “mami masih cinta papi hihihihihi….”

“…”

Jelita menghampiri Maria dan mengambil telpon genggamnya dan bersedia berbicara dengan Arman.

“G salah dong sayang, kalau mamimu mencintai papamu..hahahha.. kamu ini ada-ada saja”tawa Arman menggelegar di ujung sana. Itu toh yang membuat putrinya juga sama Gilanya ketika bebicara dengan Arman. “Emang kamu suka, kalau Om yang jadi papamu? Ntar mamamu semaput loh!!!!!! Dosa tau!!!!” Celoteh Arman. Tak mengindahkan deru napas Jelita yang geleng-geleng kepala.

“Sekarang kau sedang berbicara dengan ibunya Maria.”potong Jelita. “Heh….. Kalian konspirasi ya????”sambungnya kembali.

“Uppzzzzzzzz, sorry… tadi rahasia ayah dan anaknya”

Hening

Rahasia anak-ayahnya?

“Kok diem?”seru Arman masih dengan tawanya. “Iya, aku di suruh jadi papa angkatnya Ria. Apalagi untuk penamatannya nanti. Kamu tidak keberatankan Jelita?”

“Bukannya kamu memang ayah angkatnya Ria? Sejak Ria ku kandung dulu?”

“Oh,,, ya?? Kok kamu tidak melegalisir siy? Kalau aku papa angkatnya Ria!”

“Kamunya aja yang g tersentuh. Hahahaha….”Giliran Jelita yang tertwa renyah.

“Gadis aneh!!!!!”

“Hei… kau memanggilku gadis?”kata jelita. “Aku sudah punya 1 anak dan kini anak itu menganggapmu ayah”

“Tapi kau tetap gadisku yang dulu”

“masa?????”

“Tidak percaya?”goda Arman..

“Fifty-Fifty”

“Dengarkan dengan seksama”pinta Arman dengan nada serius. “Jelita, aku melamarmu menjadi…….. klienku hahahahaha……..”

Wajah Jelita memerah. Malu, campur aduk jadi satu. Diperlakukan bak seorang bidadari. Ya.. Arman menghormati dan menghargai setiap keputusan Jelita. Termasuk menjadi single parents.

“Hm…. Sudahlah, pipiku sakit ketawa terus..”sela Jelita sambil melihat tampangnya di kaca. Hm… tak begitu tua. Apalagi umur Jelita masih 33 tahun. “Aku mau minta bantuanmu, ayah angkatnya Ria”

“Whats up, istri angkatku? Kau ingin memPHK tenaga kerjamu lagi?”

“Bukan,.. sebaliknya, aku ingin memperkerjakan mereka lagi. Banyak proyek niy!!!”

***

Semua janji yang diberikan Jelita pada Maria terealisasi sudah. Tamat SMA, Maria melanjutkan sekolahnya ke Adelaide. Mengambil komputerisasi dan perdagangan. Sengaja kata Maria, biar bisa mengembangkan usaha maminya dan membuka butik online.

Maria memeluk ibunya dengan erat ketika pesawat hendak tinggal landas.

“Mami…. Ria selalu merindukan mami deh….”serunya sambil sedikit menyeruakkan taring imutnya. “G ada lagi yang suka ngomel deh kalo Ria males makan”sambungnya dan kini mengarahkan pelukan ke arah Arman.

“Ria juga bakal kangen ama om Arman. Papa angkat Ria yang baik hati. Yang hobbi korupsi kasih sayang mami hiihihihihi”

Dahi Jelita berkerut. Mereka berdua. Dasar!!!!!!

“ssstttt….. ada yang jealous”bisik Arman pada Ria. Bisik dengan menggunakan TOA. Sambil melihat ke arah Jelita.

“Hm…….. Bisik kok pake Toa siy??? Kedengaran tau!!!!”

“Kalau birthday om Arman, nanti telpon Ria aja ya!! Biar Ria yang ngerayain ultahnya Om Arman. Kalau smua orang lupa Ultahnya om Arman. Tapi g bakal seru deh kek tahun kemaren”

“Heh… kamu meragukan memori mami?”bantah Jelita merasa di cuekin.

“Hihihihihihi”tawa mereka kompak.

“Iya…. Kalian berdua adalah jiwa om”kata Arman pada Maria yang di sambut celotehan genit Maria.

“Sayangnya, om Arman belum sah!!!!”kata Ria sambil mengedipkan mata nakalnya pada sang mami.

###

Hati Jelita seolah terampas dengan keberangkatan Maria ke Adelaide. Jelita sangat merindukan anak sematawayangnya itu. Hanya satu pesan Maria kepada ibunya, agar ibunya memakai kerudung seperti anaknya.

Sampai kapan pun, Reza tetap terngiang di hati jelita. Tak peduli seberapa lama Reza membuat luka di hati Jelita. Cinta tetap utuh. Kendatipun Reza lebih memilih cinta yang lain.

Maria hanya mengetahui kalau ayahnya meninggal dunia. Dan hal itu lebih baik dari pada Ria berpikir akan mendapatkan karma dari perbuatan ibunya.

Selain memusatkan pikiran pada bisnis konveksi, Jelita kini sering menghadiri pengajian di darut tauhid milik Aa Gym. Jelita ingin membersihkan diri dengan memohon Tobat padaNYA. Ya.. walaupun dosa itu tetap tercatat. Tetapi ancaman cambuk dan siksaan api neraka tak terkena terhadap dirinya. Arman-lah yang mengenalkan Jelita pada teh Nini, istri pertama Aa Gym.

Sedikit demi sedikit, jiwa religi Jelita mulai tampak.

Music Shalawat berdentum keras lewat nokia Jelita. Arman.

“Assalamu ‘alaikum Man, Aya naon?”

“Wa’alaikum salam istri angkatku”canda Arman tetap segar.

“He-Eh…, masih tetep ya?”

“Sampai kapanpun…….”

“Cappe de…..”

“Coba tebak, hari ini hari apa?”

“Hari jum’at”

“Dasar Pikun!!!!!!!!!!!!!!!!! Tua lu!!!!!!!!” sembur Arman.

“Xie-xie deh…….”balas Jelita. “Pujian lu, mantap banget!!!! Dasar!! Bujang lapuk!!!”

“Hahahahaha”tawa Arman membahana. “G pernah berubah”

“Lihat kalender”kata Arman kemudian.

Segera Jelita memutar tempat duduknya mencari arah kalender. 29 Agustus. Tepat dengan lingkaran merah yang menandakan hari ulang tahun Arman yang ke 39..

“MasyaAllah, af1 Man. Lupa!!!”

“I know, u’re so bussy…. “

“Eh… m… eh…”

“kok gugup?”balas Arman. “Mau melamarku?”

“What????”

“Hahahaha…. Just kidding babe”..

Hening

“mamiiiiii…………………………….. Pikun deh!!!!!!!!!!!!!”

Voice membahana sang buah hati. Jelita tak dapat menyembunyikan rasa kangennya. Tak terasa, hampir 3 tahun putrinya berada di Adelaide dan sekali-setahun pulang merayakan lebaran bersama.

Jelita mendongak dan menemukan putrinya bersandar di pintu dan mengejek maminya ‘pikun’..

Tak terelakkan lagi peluk hangat Jelita untuk sang buah hati.

Ternyata semua ini konspirasi mereka berdua, menjebak Jelita melalui seluler.

“Loh, kok balik siy?”

“Emangnya mami g kangen ama Ria?”balas anaknya manja. “Ya.. udah, Ria balik aja!!”

“Bukan itu maksud mami, sayang”

“Mami kok lupa ultahnya ayah angkat siy?”

Jelita bingung mendengar ocehan putrinya. Ayah angkat??? Sejak kapan putrinya memanggil Arman secadas itu?

“Surprised!!!!!!!!” Tiba-tiba Arman telah berada di tengah-tengah keluarga bahagia ini. Masih mengenakan pakaian kantornya. Hari inikan jum’at. Jakarta-Bandung!! G dekat loh!!!!!

“Loh… loh…. Kok???”seru Jelita bingung.

“Yuk!!!!!” Aja Arman menarik tangan Jelita.

Jelita berusaha melepaskan jemarinya dari rangkulan Arman. Bukan Muhrim. Ingat itu!!!

“Kemana?”Tanya Jelita bingung.

“Kencan!”balas Arman dengan tatapan dingin.

!@$#%^&*(*)(__+_)(*&^%^%$#@#@! Gubraksssssssssssssssssssssss……………

“Kencan bertiga mami”Maria menegaskan kegalauan hati maminya. “Inikan ritualisme keluarga kecil kita kalau ada yang berbahagia. Mami kandung Ria yang tercinta bin tersayang dan papa angkat yang Ria banggakan”sambungnya kembali.

^^^

“Payah mamimu, Ria!!!!”sela Arman ketika mencomot spagettynya.

“Iya niy,,,, mami,,,”

Jelita masih bingung menatap kedua makhluk yang dekat dengannya itu. Mencari penjelasan yang sesungguhnya.

“Ria, jelasin ke mami. Kenapa kamu bolos kuliah.? Setahun lagi kamu kan udah susun skiripsi. Ya kan?”Seru Jelita menginterogasi anaknya.

“Iya”jawab Ria dengan tampang tak berdosa. “Ria minta pulang ama om Arman. Mau ngerayain ultahnya om Arman.”sahutnya lagi. “Gini loh mam, kemaren2 waktu Ria nelep dan berbincang ama mami, Ria g nangkep sinyal kalo mami respect ama ultah om Arman. Makanya Ria pulang dengan biaya sendiri buat ngerayain ultah om Arman”

“Hm…. Mami ingat kok”jawaban Jelita membuat Arman dan Ria bertatapan bingung. “Mami lagi cari cara aja biar ultahnya g di rayain hari ini. Dalam Islam g ada perayaan ultah-kan?”

Sunyi

“Ciehhhhhhhhhhhhhhhhhhhh…………………………..”seru Arman-Ria kompak.

“Religi bangetzzzz”celoteh Arman…

Kan lu yang ngenalin gue”sahut Jelita cuek tanpa menyentuh salaknya..

“Alhamdulillah!!!”balas Arman. “Kapan melepas masa lajang?”sambung Arman kembali.

“Maksud lo?”

“Iya……, kapan mau nikah lagi?”

“Heh……..”Seru Jelita jutek. “seharusnya gue yang nanya, kapan lu melepas masa bujang lu?”

“Stop”!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! sahut Ria bingung..

“Mammi…..”serunya heran. “Lu-Gue?”sambungnya sambil menunjuk ibu dan ayah angkatnya. “Sejak kapan mmi?”Tanya cadas disertai gerai tawa.

“hahahahahhahahahaha” tawa mereka bertiga bagaikan keluarga sungguhan.

%%%

Kini, Maria telah menyelesaikan studinya dan balik ke Indonesia. Anak itu sedang mengalami masa fall in love dadakan. Katanya pada bundanya, ia menemukan pria yang menjadi idamannya selama ini. Pria itu masih di rahasiakan oleh putrinya. Kapan-kapan dia ke Bandung kata maria. Pria yang beruntung itu adalah dosen Ria selama menimba ilmu di Adelaide.

Kedatangan Maria disambut suka-cita oleh keluarga besarnya. Tak hanya Arman dan Jelita, tetapi kakek dan neneknya pun turut menyambut kedatangannya.

“mami tambah cantik deh!!!!!!”serunya ceria masih seperti yang dulu. “Jilbabnya itu loh!!!!!”sambungnya sambil mengeluarkan barang-barang miliknya.

“Kamu juga, g kurusan kek orang cacingan”balas ibunya.

“Idih, mami…..”rangkulan mesra sang buah hati.

“Wah… sekarang kamu milih Ria, mau kerja sama om Armanmu atau melanjutkan usaha mamimu?” Tanya kakek Maria. Ayah Jelita.

“M……”sahutnya dengan mata yang jenaka. “Pengennya siy dua-duanya eyang kakung”

“opo????”seru eyangnya bingung..

“sabar, eyang. Ria belum titik.”candanya masih kumat. “Kalau saja perusahaan om Arman dan mami bersatu, tentunya Ria g bakal memilih. Karena Ria bakal menyalurkan Ide Ria ke kedua perusahaan tersebut. Nah….. Ria dapet banyak untung dehhh hehehehehehe”

“Dasar!!!!!!!, anak angkatku. Mata duitan!!!” seru Arman sama jenakanya.

“iya nak Arman, kamu tidak berminat menjadi ayah cucuku ini?”seru eyang putri Maria.

Jelita heran!!!!! Ternyata tidak mudah menjaga cintanya pada reza selama ini. Diam-diam, Jelita menaruh perasaan yang lain pada Arman. Hanya saja Arman selalu bermain-main ketika mengungkapkan isi hatinya.

“Eh… siapa calon mantu mami niy?”kata Jelita mengalihkan pembicaraan.

“Calon mantu angkatku juga”seru Arman tak mau kalah.

“Namanya Echa”……….seru Ria masih dalam kondisi genit.

Nama echa mengingatkan Jelita dan Arman pada makhluk bejat yang menanam benih dalam kandungan Jelita. Mata Jelita dan Arman saling berpandangan dan bersigap menyembunyikan rahasia yang telah terkubur selama 22 tahun.

Ke-2 Eyang Maria, kini memasuki kamar untuk beristirahat.

“Tatapan cinta ni…ye…”Goda Ria mantap yang menemuan keadaan Arman dan Jelita.

“Completenya dong, sayang!!” pancing Arman yang mengetahui kegalauan hati Jelita.

“Nanti aja Ria kenalin. Kan resensinya udah di bocorin ama papa angkat dan mami kandungku tercinta”celoteh Ria manja. Sifatnya tak berubah. Keras kepala dan manja. “Yang jelasnya, gpp-kan kalau Ria mencintai, Pria berumur?”

“Ya…, yang penting bukan istri orang”sahut Jelita dengan nada hati-hati. Takut anaknya tersinggung. “Juga bukan pria uzur yang layak jadi kakekmu”

“Mantan istri orang”balas Maria ketus.

“Hahahahha….., papa merestui kok, anak angkatku. Ingat, he isn’t suami orang.”

“Dia udah cerai semenjak pernikahannya memasuki tahun ke-2. Ya.. g ada fondasi cinta katanya. Mereka di jodohkan”kata Maria. “Awalnya siy, beliau masih mencintai mantan pacarnya. Tetapi, g tau rimbanya di mana.”

“Trus….”sanggah Arman penasaran.

“trus…. Membagi ilmu yang dimilikinya. Awalnya di UI, trus dapet rekomendasi ntuk moved on Adelaide, trus jadi dosennya Ria, trus……”

“Kamu g pregnant kan?”potong jelita dengan tampang serius.

“Naudzubilleh, plis deh mamm…..!!!!!! Ria tau batasan, Mi. Modal Ria ke Adelaide hanya 3”katanya sambil menunjukkan jemari metalnya. “eh, 4 “ralatnya kemudian. “pertama, ridho Allah. Kedua Cita-cita ria, ketiga ridho mammi dan terakhir karena cinta papa angkat”

“trus eyangmu?”Tanya Jelita masih dengan nada ketus.

“Ridho eyang, juga ridho Allah”sahutnya asal membuat Jelita tak tahan untuk ketawa dan membawa kepala anaknya dalam pelukannya.

“Mami g’ mau kamu g tau batas2an dalam pergaulan, sayang.”

“Ria selalu tau, Mmi”balas Ria. “Papa angkat yang tiap hari ngejaga Ria via ponsel.”sambungnya membuat Jelita ternganga.

Selama ini? Dia-lah sosok ayah bagi putri Jelita. Arman!!!!!... Tetapi betapa bodohnya Jelita yang tak mengetahui hal ini.

Sementara sosok yang sedang dibicarakan, senyum-senyum g ketulungan.

“Udah-ah kangen-kangennya, Ria mu mandi dulu”seloyornya begitu saja.

Arman mendekatkan diri pada jelita.

“tenanglah!!!! Maria gadis cerdas. Dia tidak bodoh”

“maksudmu? Jadi pikiranmu aku bodoh, sampai hamil di luar nikah. Hah?”

“Babe, aku belum titik. Pantesan aja anakmu kritis. G taunya bakat dari maminya”sahut Arman. “Maksudku, IQnya superior. Tentu apa yang diperbutanya terlebih dahulu diperhitungan dengan matang. Positif-negatifnya. Paham?”

“Trus, apa hubungannya coba?”balas Jelita. “Eh… kalau yang memback up hati itu setan, walaupun IQ tertinggi sekalipun, g ngaruh pada kepribadian seseorang, tau!!!”

“Kamu ini, sama keras kepalanya dengan Ria. Tenang-lah Jelita. Putrimu tak seperti perempuan dewasa lainnya. Kamu g usah khawatir”

“Ya…ya…ya… dan selengekan juga impulsive Maria juga turunan darimu, Arman!”balas jelita.

“Sepertinya, aku yang lebih cocok jadi ayah Maria”canda Arman mulai kumat menggoda Jelita yang sedang merapikan tumpukan barang-barang Maria.

“Maunya!!!!!!”

Hahahahahahahha tawa Arman membahana..

“Mukamu memerah, jelita”seru Arman. “Klau wajahmu itu adalah buah delima, izinkan aku mencicipinya”

“Sayangnya, wajahku ini adalah durian. Jadi, jangan coba-coba menyentuhku kalau kau tak mau tertusuk durinya. Awas ya!!”sahut Jelita tak kalah hebohnya.

“Hei…hei..hei… kamu sadar tidak siy?”Kalimat Arman kemudian. Tak membiarkan adanya jeda.

“Sadar”sahut Jelita masih asyik membereskan tumpukan barang-barang Maria. “Kamu pikir aku gila, apa????”

“Bukan itu maksdku, jeng!”

“trus….”

Mata Arman sejengkalpun tak terganti memandangi wajah Jelita. Wanita yang dicintainya sejak pertama bertemu. Matanya yang teduh sangat indah ntuk di tatap seberapa lama pun. Jelita memang wanita yang sempurna. Mencintai keluarganya juga mengabdikan diri untuk merawat anaknya yang kini mulai memasuki fase dewasanya.

Sejak Jelita memutuskan untuk pindah ke bandung dan menjalankan bisnis ibunya, Arman juga merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap Maria dan Jelita. 2 wanita yang mengisi hari-harinya.

Tetapi, sampai kapanpun, Arman tak bisa menggantikan posisi Reza di hati Jelita. Seberapa bejatnya pria itu telah menyia-nyiakan seorang perempuan yang di nanti setiap pria normal. Bodoh!!!!

Dan betapa bodohnya arman, tak mengetahui isi hati Jelita yang mulai memupuk perasaannya untuk ayah angkat putri sematawayangnya.

“Arman!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”seru Jelita dengan dasyat. “Ngelamunin apaan siy?”

Arwah Arman kini telah menyatu dengan raganya, setelah beberapa menit membayangkan keadaan pahit, mencintai wanita yang tak mencintainya.

“Berapa decibel teriakanmu tadi, jelita?”

“Yang jelasnya tak membuatmu Tuli”balas Jelita. “syukurlah, arwahmu kini telah menyatu. Hei, lanjutkan lagi kisahmu tentang kesadaranku yang abnormal”

“yang mana?”

Arman kelihatan bingung. Tak tahu ujung dari kisahnya yang membuat Jelita bak nenek sihir berjilbab.

“Hm…..”pekik Jelita sambil meninggalkan Arman sendiri dengan tatapan begonya.

Arman mengikuti langkah Jelita.

“Oo… kamu penasaran juga toh?”

“g juga kok”

“G juga?”desah bingung arman mencari pembenaran kata2 jelita. “Berarti, ada iya-nya kan?”

“Heran deh ngomong ama kamu, Man. Muter-muter……. G jelas arahnya”..

“Maksdku, kamu sadar tidak siy? Kalau kamu-lah wanita yang pantas menjadi pendamping hidupku.”

“Serius?” canda Jelita balik membuat pipi Arman jadi merona.

“Dua-rius…” balas Arman. “G butuh ask the audience?”

“Ya… Arman, open the keys, please”

Wah…wah.. jadi diskusi alot kuis who wants tobe a millionary VS Deal or no Deal.

“Hm…. Buktinya kamu tau buah favoriteku adalah durian”

“So????????”Tanya bingung Jelita

“Ya… kamu mengibaratkan wajahmu bak Durian yang tak bisa tersentuh. Seharusnya kalimatmu itu tadi, bukannya buah durian, tetapi bunga mawar.”Selengekan Arman mulai kambuh. “Diam-diam, kau membedah kepribadianku ya?”

“Ngaco!!!!”desah Jelita kemudian. “Pulang lu!!!!!”

“Ngusir niy???”

“What time right now, man?” Mata jelita menengok jam yang berdetak. “Mungkin Maria tertidur pulas, mpe lupa kalau papa angkatnya masih setia menunggunya”

Arman mulai berdiri dari lantai tempatnya berpijak. Menuju ruang tamu mencari kunci mobilnya.

“sampaikan salamku ntuk anakku. Anak angkatku.” Pamit Arman kemudian.

“Mau pulang beneran?”Tanya Jelita heran. Padahal kata-katanya tadi, mengusirnya agar segera tidur, pada kamar yang telah tersedia di rumah mewah Jelita.

Arman bingung menanggapi statement Jelita.

“Jadi?????”

Hahahahahahha…. Tawa Jelita renyah, yang ditanggapi bingung oleh Arman.

“Sudah larut, Jelita. Apa kata tetanggamu, jika pria tampan nginap di rumah seorang ibu muda nan cantik kek dirimu. Yang mengibaratkan wajahnya bak durian Aceh. Yang enaknya minta ampun!!!!”

“Ya….”jawab jelita cuek. “Padahal, kamar tamu, sudah ku sediakan untukmu. Jakarta-Bandung, g dekat loh, man!”

“Aku nginap di paviliunku”jawab Arman sambil berjalan menuju garasi rumah Jelita. “Jangan bilang kamu amnesia, sampai tak tahu alamat paviliunku yang tak jauh dari istanamu ini”

“Otakku connect 100 % kok”

Sambil mengikuti langkah Arman, Jelita mencoba menyembunyikan rasa sedihnya telah mengusir Arman. Tak sedikitpun terbersit niatnya untuk mengusir pria yang satu itu.

Sunyi yang terkungkung malam.

“Man”….

“mmm…”gumam Arman.

“Im so sorry…”

“Kamu g punya salah”Desah Arman memandangi wajah Jelita. “tumben?”

“Hhhhh…”nafas Jelita menghentikan kata yang akan keluar. “Aku mengusirmu”

“Mendramatisir banget siy??”seru Arman masih dengan nada jenakanya. “Makasih tuan putri telah mengingatkan kalau sekarang pukul 00.00 wib.”

“Serius niy????”

Arman membaca tak ada gurat canda pada mata wanita yang sedang berbicara dengannya. Arman membalikkan tubuhnya dan menghadap 100 % pada jelita.

“Listen to me babe, kamu g punya salah apa-apa padaku”kata Arman sambil membelakangi Honda Jazz hitamnya. “Asalkan kamu ikhlas menerimaku jadi ayah angkat Maria, itu sudah membuatku bertanggung-jawab pada kalian berdua.”

Hening

“Dan menyayangi kalian berdua”sambung Arman kemudian.

“Syukron”

“Aku mau Tanya sesuatu”desah Arman. “Boleh tidak?”

“Ya… Tanya aja kaleeeee”

Arman memamerkan senyum khasnya. Senyum yang di senangi Jelita.

“Janji g bakal melemparku dari muka bumi?”

“Kalau kamu masih memutar-mutar pertanyaan, aku akan melemparmu ke neraka, sekalian!!!”

Hahahahahha… Tawa Arman membahana. Gilanya mulai kumat.

“Echmmm…echmmm….”

Nada batuk palsu. Arman gugup hendak mengungkapkan isi hatinya ntuk kesekian kalinya. Kali ini di dukung oleh suasana yang terkungkung sunyi. Serta aroma sedap malam yang bertengger dari balik berenda istana Jelita.

Serius, Arman ingi meminang Jelita.

Arman memegangi tengkuk lehernya saking gugupnya serta menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Dewa serius…. Datanglah kepadaku!!!! Seperti itulah permintaan Arman, jika nervous melandanya.

“Wo…….uld …..you merri…………….”

Om Arman…….. dah mo pulang ya????” seru Maria dari balkon kamarnya.

Acara pending.. Pengungkapan Gagal!!....

Arman hanya tersenyum memandangi putri angkatnya.

“Hus…. Anakmu tuh!!!!!”desah Jelita yang juga ikut-ikutan gugup.

“Belum tidur?”Tanya Arman ke-bapak-an. “Tidur gih, biar besok kamu fit”

Maria hanya mengangguk meng-iya-kan isi hatinya. “Take care daddy….”ucap Maria semangat disertai lambaian tangan. “Jangan lupa besok ya????”

Besok, Arman akan mengantar Maria mengunjungi perusahaannya.

“InsyaAllah” seru Arman.

***

Pagi-pagi buta, istana Jelita telah ramai dengan aksi Maria yang heboh. Menyiapkan pakaiannya ntuk ke Jakarta. Serta mencicipi rendang favoritenya. Ibunya memandangi remajanya itu. Sudah saatnya Maria menemukan teman hidupnya.

“Mmi.. yakin, ga mau ikut ke Jakarta?”

Jelita menggeleng ringan, lalu berlalu dari meja makan.

“Mami lagi sibuk, sayang.”teriak Jelita dari dapur.

“Masak apa siy mmi?” balas teriak Maria riang. “Harum banget!!!!!”

“Gulai ayam. Favoritemu.”

“Juga favorite papa angkat”

“Ya.. favorite kalian berdua”.masih dalam kondisi teriak yang berkepanjangan.

Suara Arman kedengaran sampai ke dinding dapur yang berjarak beberapa mili dari ruang makan.

Arman menemukan, putri angkatnya sedang lahap menyantap rendang favoritenya. Sambil sesekali menggoda putrinya.

“Beda ya, kalau masih jomblo ama yang udah punya seseorang yang di kasihi”

“Beda dong, om. Rasain sendiri deh bedanya”balas Maria cuek. “Kapan, nikah ama mami?”

Acara bisik-bisik mereka, lagi-lagi di dengar oleh Jelita ketika berbisik mengunakan Toa.

“Hei..hei..hei…, bisik-bisik kok pake Toa siy?”sanggah Jelita kemudian membawa gulai Ayam kesukaan Maria dan Arman. “Kebiasaan deh!!!!!”

“Masih perlu ya, rahasia di antara kita bertiga?”celoteh Maria polos.

“Ya… kalau emang privacy banget!!!”balas Jelita kepada anak sematawayangnya.

“Hm… keknya udah ga perlu privacy lagi deh”

“…”

Arman dan Jelita di buat bengong.

“kok”balas mereka kompak

“Iya….”sanggah Maria masih tetap cuek. Sambil sesekali memperbaiki rambutnya dari balik kerudung hijau armynya. “Kan Om Arman, kek papa maria. So, g perlu rahasia-rahasiaan segala”

Jelita-Arman saling berpandangan.

Sunyi

“What?????”desah Jelita.. Di barengi desah “Aminnnn” oleh Arman..

Suasana mencair kembali dengan bergabungnya eyang putri dan eyang kakung Maria di meja makan. Tradisi keluarga orang tua Jelita, meja makan tak boleh di jadikan sebagai ajang adu argument. Sebaliknya, meja makan di gunakan sebagai wadah agar selalu mensyukuri nikmat Allah.

$$$

Jelita menuju ke kantor, setelah mengantar orang-tuanya ke rumah pa’le Sam. Adik ayah jelita.

Jelita tengah sibuk menyiapkan pakaian untuk beberapa model iklan Arman. Kebetulan perusahaan Arman, menyewa jasa konveksi milik Jelita. Jadinya tak salah jika mereka sering berkomunikasi membicarakan masalah bisnis.

Selebihnya, Arman jebolan desain graphic ITB, membantu Jelita mendesain pakaian untuk artisnya. Ya… walaupun bukan keahlian Arman. Sedikit-sedikit membantu Jelita mendesgner pakaian. Walaupun Jelita tidak tamat SMA, tetapi kemampuannya dalam mendesign pakaian bisa terbilang professional.

Modelnya cantik-cantik. Herannya, tak satupun yang berhasil menggait hati Arman. Arman terlalu pickly.

Music shalawat berdering keras dari balik tas Gucci Jelita. Arman.

“Assalamu ‘alaikum, man”

“Wa’alaikum salam, istri angkatku”desahnya. Selalu.

“Ga ada istilah lain, apa?”

“ok” seru Arman. “Istri sungguhanku”

Hahahahahaha, tawa mereka membahana via ponsel.

“Eh.. kamu tuh ya, ga pernah berubah”

“Jadi, maumu aku kek gimana?”balas Arman. “Mengubah statusmu jadi istri sungguhanku”

“Bukan itu maksudku, Narsis!!!!”

“Eh… anakmu hebat!!”

“Ya… dong!!!!!”canda Jelita. “Sapa dulu maminya”

“Baru nongol di kantor sudah mendobrak popularitas”seru Arman riang. “Bosku sangat-teramat suka sama cara kerja Ria. Perfeksionis katanya”

“O..ya….”kata Jelita tak kalah hebohnya. “Trus..trus…”

Dari balik sony erricson Arman, terdengar suara riang Maria. Putri kebanggaan Jelita tentunya.

“Eh.. anakmu dah balik tuh, nanti ku ceritakan. Complete. Ok?”

“Di tunggu ya??”

^^^

Maria lebih tertarik pada perusahaan periklanan tempat Arman bekerja. Disitulah talentnya yang sesungguhnya. Jelita hanya mendoakan putrinya agar senantiasa sukses. Lumayan sudah beberapa bulan, Maria lebih milih Jakarta ketimbang Bandung. Tentu tak mengurangi rasa sayangnya kepada sang bunda. Maria tidak mau menetap di Jakarta. Melainkan bulak-balik jakara-bandung yang menyita tenaga. Juga tak ingin ketergantungan kepada Arman. Maria, gadis mandiri!!!!..

Rencananya, malam ini pria yang membuat hati Maria kesem-sem akan mengunjungi istana maria. Ya… dosen Maria ketika berada di Adelaide.

***

Arman terlebih dahulu yang kelihatan rapi. Jelita sama sekali belum berpakaian. Mandi pun belum.

“Kok kamu belum rapi siy?”Tanya Arman yang melihat Jelita tak bersemangat.

“Bad feeling niy…”

“Jangan bilang kamu jealous, karena faktanya, anakmu yang akan duluan menikah ketimbang dirimu”

“Bukan itu, Man!!”serunya kemudian sambil bersandar di kursi goyang milik ayahnya. “Rasanya, ada magnet antara aku dengan tamu istimewa Ria. Entahlah!!!”

“Kamu tega, Ria sedih melihatmu seperti ini? Hei, Ria tak menganggapmu hanya sebagai ibu, melainkan saudara kembarnya. Belahan Jiwanya. Sana gih berbena”

“Crewet!!!!!!!!!!!!!”

Sebelum akhirnya Jelita telah kembali dengan dandanan yang lebih rapi. Gamis Biru langit yang di padukan dengan jilbab putihnya dan style jilbabnya mirip inneke koesherawati.

Jelita kembali menyandarkan punggungnya di sofa tempat keluarga besarnya ngumpul saat nonton TV.

“Wow….., kamu Jelita atau inneke koesherawati yang cantik jelita?”goda Arman..

“Aku Darius Sinatrhya. Ada apa? Jangan bilang kamu HOMO, Arman!”

Hahahahahahahahaha…… tawa mereka membahana. Sementara Maria sibuk menanti tamu agungnya.

Tamu agung telah memasuki ruang tamu yang disambut oleh eyang kakung dan eyang putri Maria.

“Mammi…… ini loh tamunya” seru Maria dari ruang tamu.

Arman-Jelita barengan menyambut tamu agung Maria.

“….”

“K… kamu??” seru Jelita terbata-bata..

^^^

♫…..♪…..Sinar matamu masih seperti dulu……

Saat engkau tinggalkan, diriku…

Di tempat ini, malam seperti ini

Kita lepaskan tangan

dAn menangis

……..Kau datang menggali kenangan….♫

Menghidupkan rasa

Yang pernah ada…

Reff

♫…..Karena aku masih meningatmu

Masih menunggumu

Takkan berubah…..♫

(drive, karena kita)

***

Tamu istimewa Maria adalah ayah kandung Maria. Reza Wirawan.

Suasana menjadi super kaku, saat Reza menatap bola mata Jelita. Wanita yang melahirkan buah cinta mereka.

Lelaki brengsek!!!!

Namun, jelita tak ingin merusak acara putrinya. Jelita memilih mengunci diri di kamar, ketimbang bercuap-cuap dengan tamu agungnya itu. Sama halnya dengan Arman yang memilih balik ke Jakarta. Semua serba dadakan, membuat Maria bingung.

Maria mencoba mengetuk-ngetuk pintu kamar ibunya.

“Mmi…. Mami kenapa?”desah Maria dari balik pintu. “mami sakit?”

Jelita tak sanggup menjawab pertanyaan anaknya. Dia menangis. Tak ingin diketahui putrinya jika meratapi nasibnya yang malang.

“Sayang, mami lagi g enak badan, mungkin”nasehat eyang kakung maria.

Orang tua jelita tak mengetahui jika lelaki itu adalah ayah kandung Maria. Kejadian 22 tahun silam mengacaukan segalanya.

Maria menemui tamu agungnya dan meminta maaf atas kejadian aneh ini.

“Mas, maafin mami ya. Mami lagi g enak badan”seru Maria sopan pada Reza yang tak lain dan tak bukan adalah ayah kandungnya.

“Aku ngerti kok”balas Reza. “Trus papa kamu yang tadi cabut dadakan juga?”

“oo.. beliau om Arman. Papa angkatku”

Reza manggut-manggut mengerti. Setidaknya, Reza bisa membuka mata. Wanita yang melahirkan buah cinta tidak menikah dengan Arman seperti yang dituduhkan selama ini. Melainkan tetap menjadi single parents.

$$$

Jelita masih belum membuka pintu kamarnya. Dia menyewa jasa catering untuk memasak di rumah. Dia juga enggan ke kantor. Dia menutup diri.

Telpon rumah berdering.

“Hallo” suara Maria memecah keheningan.

“Sayang, kamu belum berangkat kantor?” balas Arman yang senantiasa memberi perhatian Ekstra pada Maria.

“Gimana caranya. Mami belum keluar kamar. Ria kuatir keadaan mami”

“Ria g’ bercanda kan?”

“Suer…. Sejak semalam, mami g’ keluar kamar.”

“Kamu ke kantor aja dulu. Nanti Om yang jenguk keadaan mamimu.”

“Mami g seperti biasanya, Ria takut om.”

“Makanya, Ria ke kantor aja, biar Om yang nenangin mamimu. Ok?”

“Nenangin mami?”desahnya bingung. “Sejak kapan mami punya penyakit psikopat kek gitu?” masih dengan nada canda.

“Hus….”

“Iya….., Ria nitip mami ya, Om…”

@@@

Arman berhasil mendobrak pintu kamar Jelita. Di dapatinya tubuh yang begitu kokoh kini terbujur lemah di atas ranjang. Jelita sakit.

Arman menerobos masuk tanpa mendengar suara larangan Jelita..

“Man… keluar!!!!”seru Jelita berbarengan dengan genangan air mata di pipinya. Matanya bengkak. “Aku tidak berjilbab”

“Darurat!!!!”balas Arman kemudian. “Aku tak bernapsu pada gadis yang tak berjilbab. Tenang saja. Aku hanya ingin menolongmu”

Arman menyentuh kepala Jelita dan memperbaiki posisinya.

“Astaga!!! Badanmu panas.”Seru Arman sambil menarik selimut Jelita. Menutupi tubuhnya. “Kamu terlalu banyak pikiran”

Kini Arman duduk menepi menemani Jelita.

“Di…di..dia…..”Air mata Jelita kembali mengalir.

“Sudahlah, kau masih memikirkannya?”

Jelita mengangguk men-iya-kan. “Dia ayah kandung Maria” kata Jelita sambil merubah posisinya menjadi duduk menghadap Arman. “Apa dia juga yang ingin menjadi suami anakku?”

Arman merangkul Jelita dengan tangannya yang kokoh. Memandangi wajah Jelita yang sendu.

“Sebaiknya Maria tau, lelaki itu adalah ayahnya”kata Arman sembari berjalan mengambil kotak P3K yang selalu online di setiap kamar. Diambilnya thermometer dan memasangkannya di ketiak Jelita.

“Tapi aku tak ingin melihat Maria bersedih”jawab Jelita sambil membasuh air matanya. “Maria mencintai lelaki itu”

“Maria bilang, kalau dia mencintai lelaki itu?”seru Arman sambil mengambil thermometer yang telah berbunyi menandakan suhu panas dapat terbaca. “39°C.”gumamnya kemudian.

Jelita menggeleng.

“Janur kuning belum melambai, tenda biru belum terpasang di halaman rumahmu, masih banyak kesempatan membatalkan cinta Maria yang merekah”kalimat Arman yang ditanggapi ketawa oleh Jelita.

“Lu mulai Gila, Jelita”desah Arman masih tetap menepi di ranjang. “Panas lu tinggi, gue cerita lu malah ketawa. Dasar ibu aneh!!!!”.

“Man, serius!!!!!”balas Jelita dengan semburat senyum. “Aku g bakal membiarkan putriku menikah dengan ayahnya sendiri. Ya.. walaupun aku ama Reza g ada ikatan pernikahan”Kini senyum itu mulai menghilang dan tergantikan oleh air mata.

Di bawanya kepala Jelita ke pelukannya. Jelita tak kuasa menahan tangisnya.

“Menangislah semaumu.Tumpahkan semua kekesalan lu. Kalau itu yang membuat lu lega. Anggap gue Reza. Lu bisa bunuh gue sekarang juga, demi membalas amarah lu”kata Arman. Pahlawan bertopeng.

Jelita tersenyum dan melepas pelukan Arman.

“Lu terlalu baik untuk gue bunuh”senyumnya masih mengembang. “Paling gue racunin aja”..

Arman yang balik merekahkan senyumnya sambil mengacak-ngacak rambut Jelita. Setidaknya saat ini, Jelita membutuhkan psikolog yang ngerti suasana hatinya.

Ibu Jelita membuatkan bubur Manado kegemaran Jelita.

Tak sia-sia ide Arman, karena Jelita menghabiskan bubur tersebut.

“Yap.. Maria mesti tau”

Kalimat Jelita setelah melahap habis buburnya.

“G’ usah mikirin itu dulu, yang penting sekarang lu sehat. Gue antar ke dokter ya?”pinta Arman.

Jelita menggeleng.

Sejak kecil, bisa dihitung dengan jari, Jelita mengunjungi dokter. Terkecuali untuk penyakit yang memang parah. Tetapi selagi penyakit itu dapat diatasi dengan cara traditional. Bukannya itu lebih baik.

“Keras kepala”sahut Arman kemudian lalu menutupi tubuh Jelita dengan selimut. “Istirahat yang cukup, g usah banyak mikir, terkecuali mikirin gue, di jamin, panas lu langsung turun drastis”.

“G usah di ingetin. Gue selalu mikirin lu”jawaban Jelita membuat hati Arman dipenuhi bunga-bunga. “Kebaikan lu. Kasih sayang lu ama Maria. Gue rela lu rampok harta gue sekarang juga sebagai balasannya”

“M….. ok juga ide lu.”seru Arman tegap menghadap Jelita yang terbungkus selimut. Mata Arman memandangi setiap sudut kamar Jelita. Mencari barang yang mahal untuk di rampok. “Tapi… gue g sudi ngerampok di saat lu g berdaya, istri angkatku”katanya kemudian sok diplomatis. “Gue tunggu lu sehat aja, biar gue ngerampoknya lebih afdhoel. Tapi kalau lu maksa, ada harta yang mau gue rampok sekarang”

“Iya… ambil aja kalau barang itu lu suka. G usah nunggu gue sehat. Ntar lu nyesel lagi, trus nangis darah deh!!!!!”celoteh Jelita tak mau kalah.

“Hati lu”Kata Arman sambil cengengesan. “Gue mau rampok hati lu” sambungnya kemudian dan menunjukkan cengiran kudanya.

Jelita menunjuk hatinya dengan jemarinya. “Hati gue cuman buat orang yang gue cintai. Lu paham kan siapa orangnya?”

Ya… Hati Jelita hanya untuk Maria seorang dan tak menutup kemungkinan akan dimiliki oleh orang yang lebih pantas mendapatkan berlian dengan ke-eksotik-an yang menggiurkan.

Arman tertunduk lesu. Berparadigma kalau hati Jelita hanya untuk Reza. Pria yang memberinya Maria yang disayanginya.

“hehehehehe,,, just kidding, istri angkatku”

“Pulang lu, papa angkat anakku!!!, sudah berapa lama kau melihatku tanpa jilbab”

Arman melangkah menuju pintu. Dan mengucapkan permohonan agar Jelita beristirahat.

“Man…..”seru Jelita di tengah ketidakberdayaannya.

Arman mendongakkan kepalanya dari balik pintu.

“Take care..”sambung Jelita dengan senyumnya.

“Lu juga, istri angkatku. G usah CENGENG!!!!!!”

Jelita melempar boneka kero-keropinya ke arah Arman… “Rese’ Lu!!!!”

&&&

Maria kegirangan melihat Arman memasuki pintu kantor. Sedari tadi Maria menunggu kedatangan ayah angkatnya itu. Tentu ingin mendengar langsung penjelasan mengenai kondisi maminya.

Om Arman!!!”panggil Maria dari lobi kantor. Suaranya ngiang. Suaranya khas, sehingga semua orang yang telah mengenalnya tak susah melupakan suaranya itu. Keras dan tegas.

Arman balas melambaikan tangannya dan mengisyaratkan pada Maria agar menunggunya di ruangannya saja.

Maria berjalan menuju ruangan Arman. Dengan sikapnya yang riang. Seolah tak ada beban.

“Mo nanyain keadaan mami-mu ya?”

“Ya… e..la.., Jadi mo nanyain apa lagi, om?”desah Maria semangat. “Sejak semalem tuh mami g keluar kamar. Ya.. Ria takut mami kenapa-napa”

“Trus”.. kata Arman dingin.

“Duh.. om Arman, jadi pikiran om, Ria g peduli gitu ama mami?” seru Maria merasa bersalah di beri tatapan dingin seperti itu.

“Hehehehe”Arman menyeringai.. “Kena tipu deh!!!!”

Maria jadi manyun dan menyandarkan punggungnya di sofa. “Serius, Ria khawatir, bukan Cuma itu, mami g mo angkat telepon Ria”

Arman tersenyum

“Dia membutuhkanmu”

“maksud om?”

“Ya… Mamimu sakit karena mikirin kamu, sayang”

“Mikirin gimana maksdnya?” Maria makin bingung. “Sekarang Ria-kan dah berada di deket mami”

“Mikirin, kalau bentar lagi dia bakal jauh dari putri kesayangannya”

Maria malah ketawa-ketiwi tak tentu arah.

“Idih…. Mami paranoid bangets deh!!!!”

“Beneren, Ria”desah Arman. “Sampai-sampai suhu tubuh mamimu di atas normal orang yg gi sakit malaria akut”

Mata Maria melotot. “Weitzzzzz….. 49°C gitu maksud om?”

“Hahahahahha….. Tinggi bangetzz, seharusnya dengan suhu yang kamu sebut tadi, mami-mu layak masuk lemari es”sanggah Arman kocak. “39, honey”

“Hfffffffff”deru napas ringan Maria mengetahui maminya in good fifty-fifty condition.

“Eh, gimana kelanjutan hubungan kamu ama Echa, si dosen itu?”

“Hm…. Semalem, Echanya g’……”

Bunyi Sony erricson Arman memotong kalimat ‘penjelas’ Maria.

“dateng” sambung kalimat Maria yang tak di dengar Arman.

Arman memberi isyarat agar Maria bersabar sejenak.

“Klien penting”papar Arman berbisik.

“Ok”

“….”

“Sekarang juga?”

“…”

“Baik”

Klik, Arman menghentikan percakapan dan menatap sejenak putri angkatnya.

“Ri, sorry, nanti kamu lanjutin lagi ya ceritanya”kata Arman sambil mengambil jasnya sebagai pelengkap kemeja biru lautnya yang dipadukan dengan celana khakhi hitamnya. “Om lupa, ternyata ada rapat ama klien. Itu tuh perusahaan traveling yang ngajakkin kerjasama”

Maria mengangguk karena mengetahui perkara yang sebenarnya.

Om, salam dari mas Echa. Yang semalem dateng ke rumah”

“Salam balik”

“Keknya mami ama om, salah paham deh….”

“ok, nanti kamu certain dengan versi completenya ya?”

***

Sepulang kantor Maria menyempatkan diri membeli kue pie kesukaan ibunya.. Di temani Echa sang belahan jiwa.

“Mami lu seneng pia ya?”

“Gitu deh……”

“Sama dong, gue juga seneng pia”

“Pia-la maksud lu?” sahut Maria sekenaknya.

“Hahahaha”tawa echa heboh. “Idih, kok piala siy?”

“Tumben!!! Bukannya lu doyan kue yang bolong tenga’e?”

“Donat, nona”

“Ya…..”

“Payah lu!!!!”tuding Echa. “Kue calon suami aja g di hapal”

“Hm….. Kaya’nya semua kue emang kesukaan lu deh. G heran siy”

“G heran kenapa?”

“Ya…. Tampang lu variatif”

“asal deh…”seru Echa sok cuek. Padahal hatinya dan raganya ingin tertawa melihat expresi Maria. “Joko sembung nyebur ke sawah, G nyambung sweet heartku”

“Ali makan langsat, Alasan!!!”balas Maria g nyambung.

Hahahahahahahahaha tawa mereka kompak….

“Tapi diantara semua kue, gue emang cinta mati ama donat”seru Echa akhirnya. Melunturkan semua kekacauan ini. “Tapi bisa berubah kok, kalau ada yang namanya kue maria”

Maria menatap Echa dengan sungguh-sungguh.

Yang ditatap salah tingkah dan memilih duduk di salah satu meja makan sambil menunggu pesanan kue Maria.

“Pantesan aja, ada bolong di tengah pipi lu”

Echa meraba pipinya “sumur kali ya?”

“sumur pipi”balas Maria tak kalah hebohnya..

“Dan inilah yang membuat gue gagah. Lu akuin kan?”

“Narsis!!!!!!!!!!!”teriak hysteria Maria. Sontak membuat pengunjung kedai kue memperhatikan kedua makhluk aneh ini.

“Boleh dong, nebeng mandi di sumur pipi lu!!!”goda Maria..

“Boleh, asal lu dah jadi Ny Reza putrawan” Reza balas menggoda Maria.

Perhatian bagi segenap pembaca. Bahwa sifat Reza dan Maria sama, yakni sama-sama tidak tau malu!!!!!.. Mereka tidak menyadari, aksi mereka kerap menjadi gunjingan masyarakat sekitar. Apalagi, kalau bukan aksi konyol mereka saling mengumpat.

“hm……….”gumam Maria..

“…” Echa bengong melihat Maria yang agak lesu membahas masalah pernikahan mereka.

“Keknya mami g setuju deh kita merried” Kini semangat Maria luntur.

“Loh, kok?”balas Echa dengan semangat yang tetap menyala. Tidak gampang menjalin hubungan dengan gadis keras kepala tetapi manja seperti yang dihadapinya sekarang ini.

“Bukannya semalem pamanku datang menemui mamimu?”

“Siapa bilang?”

“Oh,, shit!!! Jadi, paman tidak menemui mamimu? Dan kencan dengan kamu?”

“Ye……”sanggah Maria cepat. “Otak lu dangkal deh….”

“Mami belum sempat ngobrol, eh,,, mami langsung g enak badan. Semalem kan udah gue cerita ke lu. Masa lupa siy?”

Echa baru menyadari kisak klasik yang di ukir kekasihnya semalam.

“Mba’… pesanannya sudah selesai”kata steward kedai kue tersebut.

***

Maria menemukan maminya sedang berbaring dikamarnya. Di peluknya maminya dengan segenap jiwa-raga. Begitupun sebaliknya, bunda Maria balas memeluk anaknya.

“Maafin mami ya, sayang”kata bundanya sambil mengelus rambut putrinya. “Mami udah merusak acara kamu semalem”

“Ya… jujur ya… M.. Ria sebel ama mami”celoteh maria tenang sambil memeluk boneka kero-keropi bundanya. “Tapi.. Ria juga sakit, kalau mami sakit. Jadi Ria putusin, Ria sama skali g marah, g sebel g benci ama mami. Tapi Ria kangen ama masakan mami”

“Mami sakit berapa abad ya?”seru bundanya menggamit lengan anaknya.

“Cuman se-waktu, tapi rasanya se-abad loh, Mi”sahut Maria manja. “Cateringnya g enak. G’ berasa gitu deh masakannya. Jadi, breakfastnya, Ria nebeng makan di rumah om Arman”sambungnya disertai cengiran kudanya. “Maminya om Arman jago masak ya?. Ria baru tau loh!!!!”

“Hm…. Kamu siy, mejengnya di mall mlulu. Coba kamu mejeng di rumah Arman, kamu jadi tau 1001 macam resep makanan”

“Mami deket ya ama maminya om Arman?”mata Maria menatap ibunya. “mami om Arman ceritain mami mlulu. Katanya mami hebat-lah, cantik-lah.. Pokoke reingkarnasinya Maria gitu deh…”sahutnya kemudian. “Penyakit narsis Ria g kambuh loh mi, itu murni, perkataan maminya om Arman”.

“Ya…”sahut bundanya sambil menyandarkan punggungnya di atas bantal. “Tapi g terlalu deket. Mamikan sibuk, paling, mami bawain makanan aja ato apalah”

“Loh”Maria kaget. “Kok Ria baru tau sekarang siy?”

“Makanya Gaul dong!!!!!”

Jelita melihat kantong kresek di tepi ranjangnya.

“Kantong apa itu, sayang?”

Maria meraih kantong tersebut

“Kue pia buat mami… dari echa, mi”

Seketika raut wajah Jelita jadi berubah. Bukan raut bahagia.

“Hm…. Jadi gini loh, mi”kata Maria melipat kakinya bak pendekar. “Semalem tuh, echa diwakilin ama…………”

“Ria….”panggil eyang kakungnya. “Telpon niy… dari Echa”

Maria menatap ibunya sekilas lalu mencium pipi maminya. “Tunggu tanggal mainnya ya mi, sekarang echa gi sibuk. Apalagi mengenai masalah pamannya. Jadinya nyelesaiin pekerjaannya dulu. Baru deh ngadap ke mami..”

Jelita mengangguk melihat anaknya menjelaskan panjang-lebar.

###

Arman tak sanggup melihat kegalauan di mata Jelita. Sudah beberapa hari ini Arman tak menemukan keceriaan di wajah Jelita. Semenjak bertemu Reza Irawan, Jelita banyak mengurung diri. Jarang masuk kantor. Parahnya lagi jarang mandi.

Saat itu pula, Arman memutuskan untuk menemui Reza. Sahabatnya yang telah menodai gadis yang dicintainya.

Arman bersedia bertanggung-jawab. Tapi kenyataannya, Jelita memilih untuk menjadi single parents tanpa pendamping. Bukannya itu sudah bukti nyata, bahwa Jelita masih mencintai Reza.

Arman mendapatkan no HP Reza dari Maria.

“Ya… reza irawan.. Temuilah diriku. Aku ingin bicara denganmu”

“Baiklah, kita membahasnya di café kantormu saja”

&&&

“Kamu sudah banyak berubah, Arman!”ucap Reza masih dengan pesonanya.

“Aku tidak banyak berubah”

“Ya… kamu jauh lebih dewasa”

“Itu juga karena perlakuanmu yang membuatku banyak belajar”

“maksudmu?”

“hm…. Tentu kau paham maksudku”

Suasana beku masih mencengkam…. Hingga Reza membuka percakapan.

“Katanya ada yang ingin kamu bicarakan”

“Ya.. aku ingin menonjokmu”Seloyor Arman begitu saja

“…”

“Kamu…”potong Arman. “Entahlah makhluk apa kamu sebenarnya?”

“Makhluk ciptaan Allah”jawab Reza cuek merasa di hakimi oleh sahabatnya sendiri.

“Sok alim lu”

“Ok”desah Reza. “Sungguh, aku tak mengerti maksudmu”

“Kau sudah merusak ibunya, kini kau mau merusak anaknya lagi?”seru Arman. “darah dagingmu sendiri!!!!”

Emosi Arman memuncak. Arman tak tahan dengan perlakuan semena-mena Reza terhadap 2 wanita yang di sayanginya. Jelita dan Maria.

“I don’t understand, what happened in ur brain”

“Alah!!!!!”sanggah Arman. “bedebah kau, brengsek!!!!!!”

Sebuah bogem special mendarat tepat di rahang kokoh Reza. Reza tak membalas pemukulan itu. Reza paham betul maksud sahabatnya itu. Arman hendak mendaratkan pukulan selanjutnya, tiba-tiba sonny ericsonnya berteriak dari saku celananya.

Rapat dewan perusahaan.

Arman meninggalkan Reza tanpa sepatah kata.

“Arman!!!!!” teriak reza

Arman enggan berbalik. Justru lehernya itu-pula-lah yang memaksanya mendongak menuju arah panggilan itu..

“Kau mencintainya?”Tanya Reza memandang Arman

Arman hanya diam

“Kau mencintainya?” Di ulanginya lagi pertanyaan itu.

Masih diam.

“Ya…. Aku mencintainya”akhirnya suasana beku itu cair juga oleh jawaban dingin Arman.

“Kenapa kau tidak menikahinya?”Tanya reza kemudian dengan hati-hati. Reza paham betul tabiat sahabatnya itu.

Arman mendekati Reza dan menunjuk langsung dada sahabatnya yang busung.

“Kau pikir aku mudah menaklukkan gadis karang seperti mantan gadismu itu?”seru Arman. “kau pikir mantan gadismu mudah memberikan cintanya kepada orang lain setelah apa yang kau perbuat 22 tahun yang lalu?”sambungnya kemudian. “Dan apa kau pernah menduga kalau mantan gadismu itu masih menunggumu. Masih mencintaimu”

Reza kaget mendengar jawaban sahabatnya itu.

“Man, jadi kau pikir selama ini aku menyia-nyiakannya?”seru Reza. “Selama ini aku tak mencintainya?”

Hening

“Aku mencintainya lebih…. Lebih dari istriku sendiri”

“Lalu, mengapa kau meninggalkannya?”

Sunyi

“Karena aku tau, kau mencintainya”desah Reza kemudian. “Aku ingin dia bahagia bersamamu”

Sunyi-Hening. Lama suasana ini.

“Hebat sekali kau membuang tanggung-jawab. Kini, kau malah mencintai putri sematawayangnya. Darah dagingmu sendiri”..

“Kau salah paham, man!!!!”

“Sudahlah, aku tak punya waktu berdiskusi denganmu”sergah Arman dengan tatapan dinginnya. Lalu meninggalkan Reza dengan sejuta jawaban yang menjadi kunci permasalahan ini.

***

“Man, Echa itu ayah kandungnya!!!”seru Jelita serius.

Mereka sedang membahas masalah Reza Wirawan yang menjalin kasih dengan anaknya sendiri.

“Buat apa kalau Cuma ngomong doang?”desah Arman tak kalah serunya. “Seharusnya kamu secpatnya memberitahu Maria”

“Kau pikir gampang apa?”sahut Jelita. “Perkiraan Maria, ayahnya sudah meninggal dunia”

“Itulah salahmu, babe!”

“What???”Pekik heran Jelita. Mencari penjelasan apa yang dikatakan Arman.

“Kemarin aku bertemu Reza”kalimat Arman mampu membuat Jelita membisu. “Pria yang senantiasa kau cintai”

“Jangan sok tau, Arman”desah cuek Jelita. “Memangnya kau bisa membaca hatiku? Sampai bisa mengambil kesimpulan bahwa Reza, pria yang kucintai?”

“Ya… tentu aku tak dapat membaca otakmu juga. Tapi sampai kapan?”

“Sampai kapan, apanya?”

“Ya… sampai kapan kamu mau bersembunyi dari Reza?”

“M…. Sampai mati”

“…”

“Kenapa?”Tanya Jelita cuek. “Salah?”

“G ada yang salah”balas Arman. “Aku hanya bingung dengan sikapmu ini”

“G perlu di bingungkan, Man!”

“Trus…”

“Show must go on”Jelita mulai tenang. “I know, apa yang terbaik buat aku dan anakku. Juga buatmu”

“Buatku?” Tnya Arman bingung dengan kronik.

“Ya… buatmu selaku ayah angkat anakku. Paham?”

Arman mengangguk “juga buat istri angkatku”

“hahahahha”tawa Arman sumringah. “Dasar, gadis aneh!!!!! Hei, lantas bagaimana dengan Maria.? Apa dia masih…………..”

Maria menuruni anak tangga sambil memeluk bantal pisang. Hadiah dari ayah angkatnya.

Ada apa denganku, om arman?”

Jelita juga Arman terpaku melihat kedatangan Maria. Memang, diskusi mereka mengenai ‘reza dan anak Jelita’ memakan waktu hingga larut. Tak disadari ternyata percakapan mereka di dengar oleh Maria. Pembicaraan yang seharusnya dirahasiakan.

Maria tersenyum.

Maria tertawa

Maria cengengesan

“Ria denger semuanya kok”kalimat Maria membekukan suasana. “Bicara kok pake loudspeaker siy????” Serunya kemudian dengan tatapan jenakanya.

Gokil Maria kambuh.

“Sayang,… Kamu belum tidur?”Tanya Jelita pada anaknya. Tentu bukan tatapan jenaka melainkan dengan tatapan kasih sayang. Jelita melihat arah jarum jam 02.30 wib. “Bentar lagi kita sahur bareng loh!!”

“Hm…. Udahlah, mmi….”desah Maria kemudian sambil duduk di dekat ibunya. “Sebaiknya mami tau semuanya. Biar g salah menduga. Kasian papa Reza Wirawan”

“….”bengong

“papa Reza Wirawan??” Seru kompak Jelita-Arman.

“Ya…. Reza Wirawan, ayah kandung Maria. Bukan suami mami”

“Ka…kamu, tau dari mana?”

“Dari nenek”

“Eyang putri maksd kamu?”

“Bukan”

“Lantas, kamu punya berapa eyang, sayang?”Giliran Armand yang parno.

“Eyang Widi”

Widi adalah nama ibu kandung Reza. Semua masalah ini, juga di ketahui orang tua Reza, saat memutuskan untuk bercerai dari istrinya. Reza meneceritakan semuanya. Hingga Maria menjadi mahasiswi Reza di Adelaide.

“Papa Reza, dosen yang paling deket ama Ria, selain berasal dari Indonesia beliau juga dosen pembimbing Ria. Bahkan dari semester 1, Ria udah tau kalau beliau papa kandung Ria.” Ria menceritakan pertemuannya dengan Reza Wirawan.

Saat Maria dekat dengan Reza Wirawan, sepertinya ia menemukan magnet dalam dirinya. Maria pun heran dengan dirinya sendiri. Seolah dekat dengan Reza Wirawan. Caranya menatap Maria, memperlakukan Maria serta tutur bahasanya.

Maria mulai menceritakan tentang kehidupannya. Kalau dia hidup bersama seorang ibu. Tanpa ayah.

Mempunyai ayah angkat yang senantiasa memberinya kasih sayang.

Hingga RezaWirawan tertarik pada semua cerita Maria. Cerita kehidupan Maria.

Begitupun sebaliknya, Reza menceritakan semua kesalahan yang pernah di perbuatnya. Juga kehidupan masa lalunya.

“Maria, bapak boleh tau, siapa ibumu?”Tanya Reza ketika sedang break mata kuliah.

“Jelita Idriana Putri”

Ketika itu berbagai pertanyaan kembali di lontarkan pada Maria. Hingga Reza meyakini bahwa Maria adalah anak kandungnya.

Reza mulai membuka tabir diri Maria. Bahwa dia adalah anaknya. Tentu Maria tak mudah percaya. Hingga akhirnya, Ny Widi menceritakan kronologisnya.

Maria berjanji pada Reza, tak akan menceritakan ini semua pada Jelita juga Arman.

Kedatangan Reza malam itu, sebenarnya ingin menyelesaikan semuanya. Sayangnya, kondisi tidak menguntungkan hingga perdebatan itu terus berlangsung.

Jelita menangis mendengar cerita anaknya.

“Kamu tidak marah sama mami?”Tanya Jelita. “mami sudah membohongimu selama 22 tahun, sayang”sambungnya kemudian sambil memeluk anaknya.

“Hanya 18 tahun kok, mami boongnya”seru Maria ceria. “4 tahunnya udah di bongkar ama papa. Maria tegar kok mengetahui semua ini. Maria ikhlas dibilangin anak yang g punya bapak. Semua berkat kekuatan papa, papa yang memotivasi Ria.”

“Kok, kamu g cerita siy?”

“Ria anak baik mam, kan udah janji ama papa. G bakal bocorin rahasia Negara. Lumayan kan, 4 tahun Ria jadi pasien psikolog papa Echa”

Arman menarik hidung Maria hingga merah. “Dasar!!! Anak bandel”

Hehehehehehe… Maria hanya memamerkan senyum jahilnya.

“Kata papa, Om Arman terlalu Jaim mengakui perasaannya pada mami. Jadinya, papa deh yang mendahului, merebut cintanya mami”

“Alah…. Reza, sok tau!!!!!!”sanggah Arman bak cowok cool.

“O..ya, terus, kok sampai sekarang, belum melamar mami?”pertanyaan menguji Maria mulai di gencarkan. “Ntar papa duluan loh yang ngelamar mami” canda Maria kumat.

“Trus… Reza……….”

“Maria belum titik, mmi”potong Maria. “reza putrawan yang mau ketemuan ama mami. Sorry… rada boong, hihihihihi”desahnya sambil menyeringai “Reza bukan mantan suami orang atau pria uzur seperti tudingan mami. Reza asisten papa. Papa yang ngenalin Reza ke Ria. Reza anak sahabat papa di Adelaide. Om Markus, yang juga sahabat om Arman. Nah,,, sekarang pria yang Ria jatuhi cinta itu, lagi ngambil cuti. Khusus mau ketemu ama mami dan papa angkat Ria.” Maria menarik napas sebelum melanjutkan percakapan panjang ini. “Papa pula yang membiayai kuliah Maria. Selama ini, uang saku dari mammi, maria tabung. Biar bisa beli mobil bulldozer hehehehhe”

“sayang…”Jelita mendaratkan ciumannya ke pipi anak sematawayangnya dan berbisik “kenapa kamu g cerita semuanya….. Semuanya…”

“Ye… Kan udah Ria bilang, rahasia Negara, g boleh di bocorin tanpa restu pimpinannya”

“trus…”

“Pimpinannya yaitu papa dan om Markus”

“Markus???”Pekik Arman tak terkira. Mengenang kembali masa mudanya. “Tapi kenapa mau ketemuan ama om Arman?”lanjut kalimat Arman.

“Karena Ria bilangnya, Om Arman calon papa Ria hehehehhehehe”

“He-eh…. Seenaknya saja. Tanpa persetujuan mami pula”.. Berontak Jelita.

“Ya… Takdir deh!!!!”pekik Arman meratapi nasib.

“Sengaja, Ria bilang mencintai pria berumur, biar mami penasaran. Eh,,, g taunya mami malah sakit. Sebenarnya, waktu mami sakit, papa juga loh, yang ngebeliin beragam kue pia. Papa yang ngasih tau Ria kalu mami seneng ama kue Pia. Setau Ria, mami doyan ama kue lemper-kan?”

Jelita mengangguk.

“Tenang aja,mmi. Duitnya tetep duit Reza putrawan, calon mantu mami”serunya semngat. “Amin”…..

“Ria mo marah juga ama om Arman. Kok gebukin papa g bilang2 siy?”sergah Maria Cuek. “kalo tau mo gebukin papa, kan Ria bisa bantuin om Arman melawan pria yang udah membuat mami mengandung Ria”

“Heh…. G boleh salah ngomong gitu, sayang”desah Jelita. “Masa lalu. G perlu di ungkit. Biarlah aib ini, mami bersihin dengan iman mami. Semoga Allah mau mengampuni mami”sambungnya. “Juga mengampuni Arman yang masih betah membujang, padahal dia sudah tergolong mampu untuk berumah tangga”

“Ya.. rabby.. ampuni pula Jelita yang memfitnahku. Pria tampan sepertiku ini belum menemukan jodohMU yang Allah. Tunjukannlah rupa bidadari yang kelak menjadi pendamping hamba”

“Ya.. Allah, jika bidadari yang di harapkan om Arman adalah wanita yang duduk di samping kananku, maka izinkanlah!!!!”cerocos Maria.

Jelita memandang Maria yang duduk tepat disampingnya. Juga Arman yang duduk di depan anak-ibu dengan watak yang sama kerasnya.

Menatap dengan tatapan bingung.

^^^

Teriakan ‘sahur’ memeriahkan acara sahur bareng di kediaman Jelita.

Maria sedang tertidur pulas di sofa sambil terus memeluk bantal pisangnya.

Arman sibuk menonton acara televisi.

Orang tua Jelita sudah lebih rapi menyambut ramadhan pada pertengahan September ini.

Jelita sibuk menyiapkan sajian pamungkasnya.

Aroma masakan Jelita tak membangunkan Maria yang tertidur pulas. Orang tua Jelita yang duluan mencicipi masakan anaknya. Bersama Arman.

Setelah orang tua Jelita selesai sahur, mereka membangunkan Maria.

Mereka bertiga makan bersama layaknya sebuah keluarga di meja makan.

Music pilihan hatinya Letto yang berbunyi dari nokia Maria mewarnai suasana sahur bareng ini. Reza Wirawan.

“Assalamu ‘alaikum, papa..”

“wa’ alaikum salam, sayang”sahut reza di seberang sana. “Udah sahur?”

“Baru aja mo makan”

“kok terlambat siy?”

“Hm… tadi ada ajang crhat-curhatan, makanya lama….”

Jelita mengaktifkan loudspeaker HP Maria.

“Loh kok,???”

“Cha,….. maafin gue”sahut Arman memotong kalimat Reza.

“Man, lu nginep disitu? Eh.. ntar di gebukin massa loh. Nginep di rumah ibu muda yang cantik” balas Reza di seberang sana. Dengan tawanya yang membahana.

“Eh.. sapa yang nginep?. Gue ngeronda di sini, tau!!! Ngejagain anak lu!”seru Arman gokil. “Anak lu ngigaunya aneh, sering jalan sendiri malah!!”

“Ali makan sabun, alasan aja lu, Bung!!”

“Cicak makan sirih, Reza sirik.”balas Arman tak kalah kocaknya.

“Gue minta maaf, kemaren, gue salah paham ama lu”

“Gpp kok, gue seneng kale di tonjok ama sahabat gue yang ganteng”

“Dasar Homo!!!!!”celoteh Arman.

“Kalo gue Homo, Maria g bakal ada dong!!!!!”balas Reza. “maria tipikal Jelita banget deh… sumpeh, gu…gue…. Makin sayang aja ama tuh anak. Cantiknya, santunnya, caranya bicara, caranya berpikir. Siluent Jelita deh pokoke…”sahut Reza bijaksana. Layaknya seorang ayah.

“Eh, agama melarang ayahnya menikahi anak kandungnya”Jiwa rohani Arman mulai nampak. “Awas lu!!!!”

“Lu pikir otak gue dangkal?”diplomatis Reza. “Gue hanya teringat ibunya saja. Jangan marah dong, bro!! g salah kan kalo gue rindu ma ibunya”

Jelita kini angkat suara.

“heh!!!! Jelita yang kalian bicarakan sedang mendengar percakapan konyol kalian. Kalian pikir aku ini rebutan apa?”

Hening

“Jelita…. A… ak… aku…”kata Reza terbata-bata

“aku apa?”balas jutek jelita. “Akua maksud kamu?”

Hahahahahahaha tawa mereka membahana….

“mainlah ke gubuk kami, kalau kau sempat, Reza”

“tentu, dengan senang hati. Eh…. Anak Markus mencintai anakmu, Jelita juga anak angkatmu, Arman. Kau harus menyetujuinya, karena dulu, istri Markus juga wanita yang pernah kau puja”

“Masa lalu, man!!!!”

***

Tak mudah menerima semua kenyataan ini. Maria, anak perempuan yang terlahir dari rahim Jelita cukup tegar menerima bahwa dirinya adalah anak yang lahir tanpa ayah. Penderitaannya di cemooh sebagai ‘anak haram’ tak membuatnya gusar. Bahkan membuktikan bahwa dia terlahir bukan hasil jelmaan kutukan ibu-bapaknya yang berbuat kesalahan fatal. Melainkan Maria yang berQualitas di tengah masyarakat.

Memasuki puasa ke 10, Reza Putrawan kembali mengunjungi kediaman Maria.

Jelita yang menjamunya.

Senyum tersungging di balik rahang kokoh anak sahabat ayah kandung Maria, sekaligus ponakan ayah kandung Maria. Bukan ponakan kandung.

“echa, mari masuk. Mau tarawih bareng Maria ya?”

“m…., kalau tante mengizinkan”katanya lembut.

“Ibu mana siy yang g ngizinin anaknya pergi beribadah?”balas Jelita penuh kelembutan. “Ria memang lalet. Tante panggilin dulu ya”

“G usah tante”lerai Echa. “sebelum kesini, Ria sudah meng-sms. Katanya dia lagi mencoba.. sesuatu yang mutakhir. Entah apa itu”

Jelita menerka-nerka pikiran calon mantunya itu. Kesempatan ini juga dilakukan untuk mengenal lebih dekat calon menantunya itu.

Bunyi Honda Jazz memekikkan telinga. Arman rupanya. Jelita sudah mghapal bunyi mobil Arman. Bunyinya bak sapi yang hendak di sembeli. Memekikkan telinga.

Arman memasuki rumah disertai dengan tumpukan map di tangannya.

“Assalamu ‘alaikum”

“Wa’alaikum salam”jawab spontan Jelita dan Reza barengan.

“Anak angkatku ada g’?”Tanya Arman setelah duduk dengan PW (posisi wuenak). “Aku mo ngasih laporan ini. Besok Ria g’ perlu masuk kantor. Dia cukup memeriksa laporan ini.”

“Lagi nyoba sesuatu yang mutakhir,katanya”

“…”

Arman bengong.

“Maria bukan tipe wanita konsumtif make-up kan?”

Jelita mengangguk. Lalu dengan siluent dagu yang terbelah, Jelita mendorong dagunya mengarah pada echa. “Dia yang bilang. Dia yang tau. Ria sering main rahasiaan ahh”

“Hei… Kamu anaknya Markus?”

Reza mengangguk. Senyum yang dikulum.

“Tampangmu mirip ayahmu Markus. Si pencinta wanita. Hahahaha”papar Arman dengan jenaka.

“Ya.. Pecinta wanita, namun dia bukan buaya”

Hahahahha… tawa mereka kembali tergelar.

“Itu sabda ayahmu, Markus”

Om Arman?”Tanya Reza sambil menunjuknya sopan. “Ria sudah banyak cerita tentang anda. Begitupun dengan papa dan om Reza. Jika mereka sedang ngopi bersama. Mereka selalu menceritakan tentang kejenakaan anda”

“Hm…. Papamu itu memang BIGOS”sergah Arman. Pengalaman masa lalunya kembali terungkit dengan keberadaan Reza. “Ya… banyak wanita yang ada di hati kita, kaum adam. Tapi hanya satu wanita yang berada disisi kita” cerocosnya kemudian.

“Maaf tante, ini diskusi para lelaki”kalimat Echa sopan pada Jelita.

“Ya…. I know. Aku akan meninggalkan kalian berdua. Sepertinya kalian memang jodoh”..

@@@

Pertemuan yang sangat kaku, memang. Setelah 22 tahun tak berjumpa, kini Reza Wirawan sedang berada di depan mata Jelita. Di ruang tamu istana Jelita. 4 mata.

Jelita tak tau hendak berkata apa. Jelita tak mempunyai bahan cerita. Maria lagi tidur siang di kamarnya.

Arman?

Arman juga keberadaannya tidak di ketahui. Sudah seminggu ini batang hidungnya tak nampak. Bukan hanya itu, HPnya tak aktif-aktif. Arman bukan lelaki bodoh. Tentu bunuh diri bukan pilihannya.

“m…., kamu, sehat?” Tanya Reza kikuk.

Jelita diam.

Tidak begitu lama.

“Seperti yang kau lihat, im in good condition”

Hening..

Begitu lama keheningan terjadi di antara mereka.

“Mau berbuka denganku?”pinta Reza. “Kita buka puasa di luar”

“Kita berdua?” penekanan kalimat Jelita cukup jelas. Hingga Reza tak perlu mengulangi pertanyaannya lagi.

“Sebaiknya. Kalau kau tak keberatan”desah Reza penuh kehati-hatian.

Reza paham. Kejadian silam tak membuat Jelita percaya pada pria yang sedang duduk di hadapannya. “Aku ingin bicara padamu”

“Kenapa tak disini saja?”

“Privacy”sahutnya pelan. “Aku tak akan menculikmu”

Reza tak banyak berubah. Pesonanya masih tetap. Keras kepalanya juga. Hanya saja sikap ke-bapak-annya mulai nampak. Apa factor usia? Atau dia benar-benar menyayangi putrinya?

“Aku ganti baju dulu”

@@@

Deru ombak menyapu indah kerudung yang dikenakan Jelita. Mereka sedang di pantai. Menikmati matahari tenggelam sembari bernostalgia. Sesekali Jelita merapikan kerudungnya.

“Bagaimana kabar istrimu?”Tanya Jelita basa-basi.

Sejak kedatangan mereka di pantai ini, tak satupun yang membuka percakapan. Kikuk. Maklumlah, lama tak berjumpa.

“Aku sudah bercerai dengannya. 20 tahun yang lalu” Reza menundukkan wajahnya. “Aku tidak mencintainya”

“Lalu, kenapa kau menikahinya”

“Mama yang mencintainya. Tapi aku tidak”

Hening

“Lalu, apa yang ingin kau katakan padaku?” Tanya Jelita sambil duduk di tengah pasir putih dan memandang ombak yang saling menyapa. “Bukannya kau mengajakku kesini, karena kau ingin membicarakan sesuatu?”

Reza menatap ibu dari anak yang disayanginya. Mata mereka saling memandang. Tetapi Jelita lebih memilih menundukkan pandangan.

“Aku minta maaf. Aku memang binatang. Kau pantas memakiku seperti itu”desah Reza berkaca-kaca. “Aku telah merusak masa depanmu. Aku merampas impianmu menjadi dokter anak”

Jelita membiarkan Reza bicara.

“Kalau mau mengingat dan menghitung-hitung kesalahanmu, kau pantas mendapatkan hukuman gantung”Kata Jelita dingin sambil memandangi pria yang memberinya keturunan. “Tapi aku tak punya hak menghukum-mu. Kau ayah dari Maria”lanjut Jelita. “Hanya Allah yang menentukan dosa-kesalahan umatNYA. Ya.. mungkin aku bilang kau bersalah, tapi bagiNYA mungkin saja kau yang benar”

“T….tapi!!!!!”

Jelita melihat mata Reza.

“Kau menyayangi Maria. Itu jauh lebih cukup dari apapun juga” senyum Jelita membuat Reza menangis di hadapan Jelita.

“Kau terlalu baik, Jelita. Sangat baik. Kau tidak menhukumku. Kau tidak mencaciku. Kau terima saja kenyataan pada saat aku meninggalkanmu. Hingga kau tak berani membuka hatimu untuk yang lain”

“Eitzzzzzz,,,,,, untuk kalimatmu yang terakhir itu, aku ingin membantahnya. Siapa bilang aku takut jatuh cinta?”

“Anak kita”

“Maria maksudmu?”

Reza mengangguk.

Jelita tersenyum.

“Anak itu, menuruni sifat paranoid-mu”

“Ya.. terlalu banyak kesamaan antara aku dan anak kita”desah Reza kemudian. “Sejak pertemuan pertamaku. Aku merasakan adanya chemistry antara aku dengannya. Hingga akhirnya ku tau, ibu yang melahirkannya adalah dirimu.”

Reza menggamit jemari Jelita.

“Terima kasih telah merawatnya dan membimbingnya hingga menjadi gadis dewasa”

Jelita melepas jemarinya dari tangan Reza.

“Itu sudah kewajibanku”

“Tetapi aku tidak menafkahimu”

“Kau membiayai kuliahnya hingga selesai. Itu awal dari tanggung-jawabmu sebagai ayahnya”

Sunyi

Ombak masih saling berkejaran.

Angin semilir merasuki kemeja coklat yang di kenakan Reza.

“Sudah mau maghrib. Yuk cari buka puasa”

Sebaliknya.

Reza bersimpuh di hadapan Jelita yang telah berdiri kokoh. Di raihnya tangan Jelita.

“Maukah kau menikah denganku?”ungkapnya di tengah suara deruan ombak. “Menjadi istri sah-ku?”

Detak jantung Jelita tak beraturan. Aliran darahnya seolah terhenti. Mendengar lamaran Reza. Pria yang memberinya keturunan.

“Aku mencintaimu”seru Reza dengan kegalauan hati.

Jelita tetap diam.

“Selama aku berjumpa denganmu, aku mencintaimu. Sampai aku bersimpu di hadapanmu, aku masih mencintaimu.”

“Lalu mengapa kau meninggalkanku?”kini Jelita bersuara

“aku takut……….. kehilanganmu”

“Dengan cara meninggalkanku?”

Reza tak dapat membantah apa yang dikatakan Jelita

“aku menyayangimu, reza. Tapi aku tak berdaya untuk memilikimu. Kau pantas untuk wanita lain. Wanita yang mencintaimu seutuhnya. Serta wanita yang betul-betul kau cintai”

“Kau-lah wanitanya”

Jelita mengulum senyum dan berjalan membelakangi Reza yang masih bersimpu. Warna jingga matahari yang hendak tenggelam makin memudarkan sweater putih Jelita.

“Apa kau mencintainya?” Teriak Reza..

Jelita tetap berjalan mengikuti arah hatinya.

“Apa kau mencintai………………nya………..???????”Reza kembali meneriakkan nuraniya.

Jelita tetap berjalan

“Apa kau mencintai Arman?”

Jelita terhenti dari jalannya.

Jelita berbalik. Memandangi dari kejauhan lelaki yang bertanya tadi.

“Fifty-fifty”

“….”

Reza mencari kejujuran jawaban Jelita. Reza menhampiri Jelita yang tetap membisu.

“Aku ingin kau mendapatkan pria yang juga mencintai-mu”

“Save me” erang Jelita menggepalkan tangan kanannya dan menaruhnya di dada. “I’ll found it”

Mereka tersenyum.

***

“Duh.. mami dari mana aja siy?”seru Maria kepada ibunya.

Mendapati ibunya ketika menuruni Suzuki civic ayahnya. “HP g di bawa, Ria kuatir tau!!!!!!!”

“Masih menghawatirkan mammi-mu kalau berada di bawah asuhan papa?”nada protes Reza.

Maria tersenyum.

“tentu, sapa tau papa berniat menculik mammi. Ntuk di jadiin istri sah-nya papa”desah Maria seolah mengetahui, kalau papanya baru saja di tolak lamarannya.

Hahahahha tawa mereka menghiasi usainya sholat maghrib.

“Mmi, om Arman kemana siy?”Tanya Maria bingung. “HPnya g aktif, g pernah masuk kantor. G ada kabar deh pokoknya”

“Lagi sibuk kaleeee”seru Jelita cuek.

Maria hanya tersenyum mendengar jawaban ketus maminya. Dan berlari hendak memamerkan kolak buatannya.

“Jelita”panggil Reza.

Jelita menghadap arah suara.

“Boleh aku mencium-mu untuk terakhir kalinya”

Jelita bingung mendapatkan tatapan seperti itu. Juga permintaan yang ngASAL”

Jelita memeluk lelaki yang berada di hadapannya itu. Reza menggapai kepala Jelita dan mengusapnya lembut.

“Bukannya aku tak mengizinkanmu. Tapi kita…………”

“Bukan muhrim, begitu maksudmu?”Reza memotong kalimat Jelita.

Jelita mengangguk.

“Walaupun kau ayah dari maria”

Maria menangkap aksi peluk-pelukkan itu.

“Nah…………… Ketahuan niy……”

Serta merta mereka melepaskan diri.

“Lanjutin aja, g papa kok. Anggap saja, Ria masih bayi hehehehe” Kata Maria dengan membawa semangkuk kolak pisang.

Reza melekatkan pelukannya pada putrinya itu. Sambil mencicipi kolak buatan anaknya. Juga mencium kening putrinya.

“Besok papa kembali ke Adelaide. Mau menyusun Tesis. Bahan S3 papa”

“Secepat itu? Dan sedadakan ini?”seru Maria spontan. “Kirain mau lebaran bareng”

Mata Maria berkaca-kaca.

“Sorry, papa g bisa lama. Mau packing”

Reza merangkul Jelita dan Maria berbarengan.

“Kalian harus saling menyayangi”

“tentu”jawaban kompak anak-mami.

Reza makin mengeratkan rangkulannya. “Kalian wanita yang ku banggakan dan ku cintai. Ku harap kalian bahagia”

Maria menangis sesegukan di pundak ayahnya.

“Ria, antar papamu ke depan ya? Mammi mau ke toilet”

Reza tersenyum…

“Ingat!!!!!!..... Get ur best wife!!!!”bisik Jelita sebelum masuk kedalam ruang tengah.

^^^

Jelita menggapai kain yang hendak di jahitnya. Tiba-tiba ia teringat Arman. Sudah lama ia menghilang.

Seminggu lagi lebaran.

“Assalamu ‘alaikum, istri angkatku”sapanya cengengesan

“Wa’alaikum salam…., jahat lu ye….. pake aksi kebur sgala!!!! Eh, anak lu tuh nanyain papa angkatnya mlulu”

“Bukan sebaliknya?” balas Arman menggoda Jelita. “Bukannya mami anak angkatku yang merindukanku?”

“hei, aku mau bicara. Kau ada waktu, tidak?”

”Aku selalu punya waktu”

Ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu”

“Penting????” desah Arman..

“Amat-sangat penting banget”

“hahahahaha, 2 minggu tak mendegar suaramu, rasanya kau banyak berubah”

“Sok Tau lu!!!!!”

***

Mereka bertemu di kafe kantor Jelita..

Arman terlihat lebih tampan. Janggut dan cambangnya lebih menipis, masih terlihat warna birunya. Habis cukuran rupanya.

Arman yang duluan sampai ke tempat tujuan.

“Miss, Lalet,!!!!!! Seru Arman.

Menunggu bukan hal yang menyenangkan. Tapi menunggu ibu 1 anak ini, membuatnya menyenangkan.

“Sorry, tadi aku beresin masalah klienku”

Arman menganggguk

Arman menunggu cerita Jelita.

Ada apa niy?”Tanya Arman tak sabaran. “MAsih berniat meracuniku? Agar bisa melupakan reza?”

“Please…. Don’t talk itu lagi. Gue udah damai ama reza kok”

Arman bingung..

“Kapan??”

Ada dehhhhhhh”

“trusss”

Jelita mengulum senyum.

Arman gelisah.

“Apa???????????????????????”

Jelita terbahak…

“Sabar dong!!!!!, gue hapal naskanya dulu”

“Pea, Lu!!!!”

Arman terus menunggu sampai menguap saking kantuknya..

“Berapa abad lagi lu mo ngapalin naskah?”

Jelita masih mengulum senyum.

“Tawaran lu masih berlaku, g’?” Tanya Jelita hati-hati.

“Tawaran yang mana?” Arman masih bingung.

“Dulu, gue pernah nawarin lue ngerampok harta berharga gue. MAsih ingat?”

Arman mengangguk.

“Trus???”

“Ya………”

Giliran Jelita yang gugup.

“kok lu gugup?” Tanya Arman heran..

Kesempatan ini di gunakan Arman menggoda Jelita.

“Ya… tawaran gue tetap berlanjut. Gue mo ngerampok hati lu. Lu bersedia gue rampok sekarang?”tanyanya dengan semangat ’45.

Jelita mengangguk.

Paras Arman berubah.

“Sungguh?????”

Jelita tetap mengangguk.

“Status gue juga mau berubah”desah Jelita kemudian. “Capek jadi istri angkat lu terus. Tinggiin dikit dung!!!!”

Hahahahahaha…. Tawa arman membahana.

Gilanya kumat.

Gokilnya meradang..

“Bercanda lu!!!!!!. Gue mimpi apa ya semalem?”katanya sambil mererawang mencari jejak laba-laba di langit kantin kantor jelita.

Cara-dikala-seseorang-sedang-gugup.

“udah ah…………. Bicara ama lu, serasa mengelilingi monas. Gue mo pulang. Lupain aja tawaran tadi”.

Jelita berbalik. Hendak meninggalkan Arman.

“Lu serius?”

Jelita tetap berjalan menyusuri koridor kantornya.

Hingga sampai ke lobi kantor.

“Mba’ Jelita, belum pulang?”sapa resepsionisnya.

Jelita menggeleng sambil tersenyum.

“jelita”… panggil Arman sambil menarik lembut tangan Jelita.

Arman menatap bola mata jelita. Mencari pembuktian kata-kata Jelita.

“Mata gue boong, kan?”desah Jelita dengan nada jutek. Sambil membesarkan diameter matanya.

Arman merangkul Jelita. Tangannya yang kokoh menggapai kepala Jelita dan menaruh di dadanya.

“Bibir lu emang sering boong. Tapi mata lu g’ pernah boong”

Hening..

Jelita melepas rangkulan Arman.

“Lu, malu?..”Tanya Arman dengan tawa renyahnya.

“Dodol!!!!!!”

“Lu mo makan dodol? Bukannya lu suka kue pia?”

Jelita tertawa…..

“Resmiin dulu status gue, baru lu boleh meluk gue se-enak udel lu”

Arman menyeringai..

Kan calon!!!!!”

Jelita memberi isyarat ‘TIDAK’ pada jemarinya.

&&&

“Selama ini lu kemana?”Tanya jelita ketika hendak pulang.

Bersama Arman. Mengendarai Honda jazz Arman.

“Berbenah”desah Arman singkat.

“…”

Jelita bengong

“Lu mo pindahan?”

Arman menggeleng.

“so?”

Arman menatap Jelita. “Berbenah buat nguatin mental”

“Lu mo masuk AKABRI?”sahut jelita se-enaknya. “Ingat umur, Man!!!!”desah Jelita sambil menyeringai.

“Hm……”deru napas Arman. Sesekali tatapan mereka bertemu. Hanya se-se-ka-li. “Gue berbenah supaya gue tegar kalau lu nolak lamaran gue”..

Jelita bingung.

“Kapan lu lamar gue?”

Hahahahahahahaha…… tawa Arman memecah kesunyian malam.

Arman hanya diam.

Jelita diam.

Sunyi terkungkung malam.

“Gimana kabarnya anak angkat, gue?”Tanya Arman mencoba menetralisir canggung yang terkungkung sunyi. “Gue kangen ama tuh anak. 2 minggu gue g ngantor. Juga g ngabarin kalo gue cuti. Gue nyewa bungalow di area tangkuban perahu”..

“Hanya untuk berbenah?”

Arman mengangguk yang di sertai senyum Jelita.

“Anak lu, nanyain lu terus…”

Hening

“Tapi.. gue lebih kangen ama ibunya”

Hening

“Gue juga kangen ama papa angkatnya”

Tawa mereka menyeka kegalauan hati mereka.

“sejak kapan lu jatuh cinta ke gue?”Tanya Arman penasaran. “baru kali ini gue denger lu bilang kangen ke gue + tatapan jujur lu itu”

Jelita tersenyum..

“Sejak lu ada di kehidupan gue. Sejak lu ngisi hari-hari gue”..

Arman kaget..

“Wowww…… 22 tahun, lebih?”

Jelita masih mengulum senyum

“Ya…. Kurang-lebih”..

“tapi,, kok……”

“Gue berbenah. Buat nentuin ayah yang cocok buat putri sematawayang gue”

“reza?????”sahut Arman. “bukannya dia udah ngelamar lu?”

“ga ada yang berhak menangin hati gue”. Hening. “Tapi, lu pemenangnya”…

&&&

Honda Jazz Arman berlabuh di mesjid agung.

Arman menoleh ke arah Jelita.

“Tarawih, yuk!!!!”

“Bkannya ntar di rumah?”

“apa bedanya rumah pribadi ama rumah Allah?”

Jelita tersenyum mengikuti langkah Arman.

Mereka melaksanakan Tarawih bareng…

&&&

“lu dapet special salam dari teh nini dan teh Rini”… Deru Arman sambil memutar lagu OST cintapuccino d’cinnamons. “Lu udah lama g kesana. Aa nanyain lu juga”

“trusss”

“Ya.. gue bilang, kalo lu mo merried ama Reza”

“trusss”

“Trus, aa doain, moga lu ga jadi merried ama Reza”jawaban jenakanya sambil menunjukkan senyuman mautnya.

“Kapan lu main ke sana? Kok g ngajakin gue siy?”

“selama masa berbenah gue. Otak gue segerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr”

“trusss”

“Gue nyadar, kalau gue makhluk kecil yang ga pantes buat kalian cintai. I mean lu ama Maria, anak angkat gue. Tapi hati kecil gue berkoar, kalau lu ama Maria emang jadi masa depan gue.. hehehehehe”

“Aneh, lu!!!!”

Jelita ikut-ikutan terbahak mendengar lelucon lelaki disampingnya itu.

Arman mengeluarkan 3 buah novel dari jok belakang. Novel yang hampir membuat Jelita jadi berdecak kagum.

“Wowwwww…. Triologi Zona”….seru jelita kagum.. “Lu tau dari mana, kalau gue.. seneng ama novel ini?”

Jelita kaget. Jelita sama sekali tak memberitahu Arman, jika menyukai ke-3 novel itu.

“Ya…. Karakter tokohnya, Lu banget!!!!!!”

“Ga tau diri banget!!!! Lu juga tau!!!!”

***

Tawa mereka mengantarkan peristiwa tak terduga menjelang bulan suci ramadhan hingga waktunya akan berakhir. Putrinya, Maria yang lulus dengan prestasi yang baik. Pria yang menanamkan benih pada rahimnya, juga menemuinya dan membuat kejutan yang tak terduga. Serta pria yang selalu memberinya support…

***

Sebuah SmS

Wow….. selamat ya!!!!!! Maaf, I can’t attent you’re wedding’s party. Moga kalian berbahagia. Ini aku sertakan wanita yang kelak mendampingiku juga. Dia udah saling kenal ama Maria, anak kita (aku, Jelita dan kau, Arman). Ingat!!!! Kalian jangan tidur bertiga hahahahaha….

“Hah, bu Sabrina?”seru Maria berdecak kagum… “Oo.. jadi, selama ini!!!! Astaga!!!!”..

“Kamu mengenalnya, sayang?”Tanya Arman.

“Dia dosenku juga, ayah. Ya… bu Sabrina ama papa sering berantem. Apalagi kalau argument papa di jatuhkan ama bu Sabrina”

“Cinta sulit di tebak, anakku”sanggah Jelita.

The End

Tidak ada komentar: