Minggu, 20 Januari 2008

Kerang Rebus dan Sebutir Mutiara



Sebutir pasir masuk ke dalam tubuh kerang yang masih belia. Kerang nan belia itu mengerang, merasakan sakit yang luar biasa. Rintihan dan linangan air mata kerang tak mampu menghentikan rasa sakit itu. Butiran pasir bagaikan sembilu yang menusuk dan melukai tubuh kerang, terasa pedih, perih, dan ngilu tiada terperi. Dia berteriak “bunda,,,,, sakit,,,,,”.
Sang ibu kerang hanya mampu berharap, “sabar anakku… sabar…., kuatkan hatimu…kita tidak di karuniai oleh Yang Maha Kuasa untuk menolak rasa sakit itu…”.
Si kerang muda hampir putus asa menghadapi sakit yang luar biasa itu. Namun dengan penuh kesabaran dia menahan rasa sakit itu. Air mata, dteriakan dan rengekan kerang belia tak juga mengeluarkan pasir dari tubuh sang kerang.
Waktu terus berlalu, dan lama kelamaan sang kerang sudah tidak merasakan sakit karena butiran pasir itu. Subhanallah, butiran pasir itu telah berubah bentuk menjadi sebutir mutiara nan indah.


Dengan segala jerih payah dan kesabaran yang luar biasa kerang itu telah mampu mengubah sebutir mutiara. Begitulah proses terjadinya mutiara di belantara lautan.
Kesabaran seekor kerang menghadapi rasa sakit itu telah menghasilkan sebuah mutiara yang nilainya ribuan kali di bandingkan dengan kerang yang di jual di bawah tenda yang berlukiskan ”SEDIA KERANG REBUS”. Bila mutiara yang di jual mahal dan di kenakan oleh orang-orang yang status sosialnya tinggi maka kerang biasa yang tidak dimasukki butiran pasir di jual dengan murah di empeeran jalan.


Jika kita ingin menjadi mutiara di masa yang akan datang, seyogyanya harus sabar dan terbiasa menghadapi beribu macam cobaan. Bagi kita selaku generasi muda bangsa yang enggan menerima cobaan dan menerima rasa sakit, maka di masa yang akan datang kita akan menjadi seperti kerang rebus yang nilainya sungguh sangat murah.

Coba simak perjalanan hidup orang-orang besar dan sukses dunia. Dari zamannya nabi Adam mpe abad milennium pasti kamu menemukan sejarah kehidupan yang penuh dengan cobaan dan rasa sakit sebagaimana sebutir pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang.
Rasa sakit, perih, sakit hati, kekecewaan dan kesedihan bukanlah sesuatu yang kita cari. Jalan terbaik yang harus kita pilih bila suatu saat hak itu menimpa kita adalah seperti halnya sikap sang kerang belia, hadapi kenyataan dan tahan rasa sakit itu dengan penuh kesabaran. Pilihan ada pada diri kita, apakah kita bisa menjadi sebutir mutiara yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah atau hanya sekedar menjadi kerang rebus yang di jual dengan harga enam ribuan per porsinya. Bila kita bercermin saat ini, sebutan apa yang pantas buat kita ; Kerang srebus atau sebutir mutiara?

2 komentar:

yurlog mengatakan...

assalamu'alaikum wrwb...
rabiyatul...
salam kenal dari saya Dimas...
blog kamu cantik yaa...
secantik orangnya... he.he.he. (^_^)..
tukeran link mau ga...
www.nakulasgame.blogspot.com

Anonim mengatakan...

saya harus berkomentar, karena saya tersedu membaca cerita kerang ini..

salam ya..

kalau ada satu kerang demi sebutir mutiara. ingin sekali saya diceritakan bagaimana mereka menahan sakit tak terperikan itu ...

barangkali itulah inti kesabaran ...